Rabu, 29 September 2010

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Post Herniotomy

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. S DENGAN
POST HERNIOTOMY DI RUANG CENDANA II
RUMAH SAKIT PUSAT KEPOLISIAN
RADEN SAID SUKANTO
JAKARTA



DISUSUN OLEH
ALIF DISISKA SETYARINI
( 07003 )




AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT PUSPOL RS. SUKANTO JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.

Hernia terlihat sebagai suatu tonjolan yang hilang timbul lateral terhadap tuberkulum pubikum. Tonjolan akan timbul apabila pasien menangis, mengejan, atau berdiri dan biasanya akan hilang secara spontan bila pasien dalam keadaan istirahat atau terlentang.

Hernia merupakan suatu kegawatan dalam system pencernaan yang apabila tidak diatasi secara tepat dan baik dapat menimbulkan suatu komplikasi atau kecacatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Jakarta tercatat angka insiden pasien Hernia Inguinalis yang dirawat inap selama bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2009 berjumlah 177 orang dengan presentasi 0,39% dibandingkan dengan jumlah pasien yang dirawat di Rumkit Puspol RS. Sukanto yang berjumlah 45.271 orang. Sementara yang dirawat di ruang Cendana II hanya 3 orang dan tidak ada yang meninggal.

Keterkaitan peranan keperawatan dalam penanganan pasien hernia inguinal di rumah sakit sangatlah penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan angka morbiditas pasien dengan hernia inguinalis dan meningkatkan kualitas hidup bagi para pasien dengan hernia inguinalis. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan preventif, promotif, kuratif, dan

Jika dilihat dari aspek promotif yaitu dengan cara menjelaskan kepada masyarakat tentang apa itu hernia? Upaya preventif atau pencegahan dapat dilakukan dengan cara jika ada anggota keluarga dengan riwayat hernia secara congenital sebaiknya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala ke tempat pelayanan kesehatan. Satu-satunya cara upaya kuratif yang dapat dilakukan pada penderita hernia adalah dengan pembedahan, disini perawat berperan serta dalam keperawatan operatif yang meliputi pre operatif, intra operatif, dan post operatif. Upaya rehabilitative seperti memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan meliputi hal-hal yang harus dihindari seperti tidak mengedan saat BAB, tidak batuk secara berlebihan, dan tidak mengangkat beban berat dalam kurun waktu minimal 3 bulan. Hal ini dilakukan guna memulihan pasien hernia inguinalis dengan atau tanpa komplikasi dengan meminimalkan angka kecatatan.

Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka penyusun mencoba untuk menyusun laporan kasus individu dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. S dengan Post Op Hernia Inguinal Lateral, di ruang Cendana II Rumah Sakit Pusat Kepolisian Raden Said Sukanto Jakarta untuk menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien Post Op Hernia Inguinal Lateral secara komprehensif.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan pada penulisan ini adalah memperoleh gambaran secara nyata tentang asuhan keperawatan pada klien dengan post herniotomy.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan post herniotomy.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan post herniotomy.
c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan post herniotomy.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan asuhan keperawatan pada klien dengan post herniotomy dengan baik dan benar.
e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan post herniotomy.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktik.
g. Mampu mengidentifikasi faktor pendukung, penghambat, serta mencari solusi atau alternatif pemecahan masalah.
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam narasi.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini membatasi masalah hanya pada asuhan keperawatan pada klien Tn. S dengan Post Herniotomy di ruang Cendana II Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Jakarta yang dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2010 sampai 17 Juni 2010.

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan data, menganalisa, dan menarik kesimpulan yang kemudian disajikan dalam bentuk naratif. Adapun data untuk penulisan makalah ini diperoleh dari :
1. Studi kasus yaitu meliputi observasi atau pengamatan langsung pada klien.
2. Wawancara dengan melakukan tanya jawab dengan klien.
3. Mempelajari dokumentasi atau status baik catatan medik atau catatan keperawatan selama klien dirawat.

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematis dengan urutan yaitu Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan teori yang terdiri dari konsep dasar yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi (proses perjalanan penyakit, manifestasi klinis, komplikasi), penatalaksanaan medis, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Bab III : Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. Bab IV : Pembahasan yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Bab V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hernia merupakan defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (misal peritoneum, usus, lemak, kandung kemih) memasuki defek tersebut sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. (dr. Jan Tambayong, 2000)

Hernia inguinalis adalah prolap sebagian usus kedalam annulus inguinalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat congenital. (Keperawatan Pediatric, 2002)

Hernia adalah menonjolnya suatu alat tubuh atau jaringan – jaringan kepermukaan tubuh atau rongga lain melalui lubang atau saluran abnormal. (Kamus Kedokteran, 2003)

Hernia adalah masuknya lapisan perut (kadang-kadang disertai dengan isi perut seperti usus) ke dalam kantong kemaluan atau lipat paha. Hal tersebut karena ada gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksterna. (http://rentalhikari.wordpress.com/2009/11/06/askep-hernia/)

Hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu ronga melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskukoskeletal dinding perut. (RR. Syamsuhidayat dan Win de Jong, 2002)

Hernia adalah keluarnya isi suatu rongga melalui suatu celah di mana terdapat daerah yang mempunyai tekanan yang paling rendah. (Mansjoer Arief, 2000)
Hernia adalah penonjolan suatu alat dalam (viskus) atau bagiannya, keluar dari pembungkusnya, hingga merupakan suatu keadaan abnormal. Hernia terutama terjadi melalui dinding abdomen atau diafragma. (Dr. Lyndon Saputra, 2009)

Herniotomi adalah pembesaran kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. (Sjamsuhidayat, 2004 : 531)
B. Etiologi
1. Kongenital
a. Terjadi kegagalan dalam hal penutupan prosesus vaginalis (pintu/liang yang menonjol menuju vagina)
b. Terjadi sejak bayi lahir, seperti: hernia inguinalis, hernia , umbilikalis.
2. Didapat/akuisita
Terjadinya hernia setelah dewasa/manula, hal ini disebabkan adanya tekanan intra abdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya: pada batuk kronis, gangguan proses kencing (prostat hipertropi, strictura uretra) konstipasi kronis, asites, dan trauma kecelakaan.
3. Faktor predisposisi
Terjadi karena peningkatan intra abdominal, misal pada saat mengangkat benda berat, meniup terompet atau terlalu kuat mengedan.

C. Patofisiologi
1. Proses Perjalanan Penyakit
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus selama masa pertumbuhan fetus testis akan turun dari dinding belakang abdomen menuju skrotum, melalui kanal tersebut selama penurunan peritoneum yang terdapat di depannya ikut terbawa serta sebagai suatu tube yang melalui kanalis inguinalis masuk kedalam skrotum. Penonjolan peritoneum dikenal sebagai proses vaginalis.

Akibat terbukanya kanal tersebut akan menyebabkan isi rongga perut dapat keluar dan akan timbul beberapa gejala. Benjolan timbul bila berdiri atau mengejan. Benjolan di daerah inguinalis yang dapat mencapai skrotum, pada wanita benjolan dapat mencapai labio mayora. Pada anak – anak maupun orang dewasa bila berbaring, benjolan akan hilang karena isi kantong hernia masuk kembali ke dalam kavum abdomen.

Keadaan umum penderita biasanya baik, pasien mengeluh adanya benjolan dilipatan paha atau perut bagian bawah. Benjolan tersebut dapat timbul bila mengejan, berdiri terus, menangis, batuk, dan mengangkat beben berat. Bila benjolan tersebut dapat masuk, maka diagnosis pasti hernia dapat ditegakkan. Benjolan akan menghilang bila penderita dalam posisi tidur yang disebut reversible. Ada kalanya benjolan tersebut kadang – kadang tidak kembali yang disebut ireversibel. (Brunner dan Suddarth, 2002)

Rusaknya integritas dinding otot dan meningkatnya tekanan intraabdomen, rusaknya integritas dinding abdomen dan melemahnya kolagen, melebarnya bagian - bagian ligamentum inguinale, melemahnya otot ligamentum bias disebabkan karena diwarisi atau sebagai proses aging. Sedangkan meningkatnya tekanan intraabdomen, bisa karena disebabkan kehamilan, batuk kronik, mengangkat beban berat.

Adapun tipe – tipe hernia adalah :
a. Hernia Inguinal
1) Indirek yaitu sebagian dinding usus keluar melalui duktus spermatikus yng terletak sebelah lateral dari arteri epigastrikus dan inferior mengikuti kanalis inguinalis dan benjolan miring dari lateral atas, medial bawah masuk kedalam skrotum dan biasanya disebabkan karena konenital hernia.
2) Direk yaitu hernia yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum hesselbach. Disebut hernia direk karena langsung menuju annulus inguinalis eksterna dan biasanya ditemukan gejala muntah kencing karena buli – buli ikut membentuk dinding medial hernia.
b. Hernia Umbilikal merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya ditutupi oleh peritoneum dan kulit. Gejala yang biasanya nampak adalah penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilicus akibat dari peningkatan intraabdomen.
c. Hernia Femoralis merupakan benjolan lunak dilipat paha di bawah ligamentum inguinal dimedial v. femoralis dan lateral. Tuberkulosipibikum yang berasal dari kanalis femoralis melalui defek pada sisi medial femoralis. Kanalis femoralis berisi satu atau dua kelenjar limfe, yang terbesar disebut dengan cloquit. Nodus – nodus ini didesak keluar dari kanalis femoralis oleh suatu penonjolan peritoneal akibat dari peningkatan tekanan intraabdomen sehingga membentuk suatu masa dan akan masuk melalui annulus femoralis / lakuna vasorum kaudal.
d. Hernia skrotalis yaitu hernia inguinalis lateralis yang mencapai ke skrotum yaitu tampak benjolan pada skrotum yang masih dapat direposisi atau tidak dapat direposisi.
2. Manifestasi Klinis
Berupa benjolan dilipat paha yang timbul pada waktu mengejan, batuk atau mengangkat beban berat dan menghilang pada waktu istitahat berbaring. Pasien dapat mengalami nyeri ulu hati, reguitasi dan disfagia.

Hernia yang redusibel (isi dapat dikembalikan lagi ke dalam rongga peritoneal);massa pada suatu tempat yang dapat menghilang jika berbaring, penonjolan yang terjadi pada waktu batuk yang tampak pada pemeriksaan fisik.

Hernia iredusibel (isi tidak dapat dikembalikan lagi ke dalam rongga peritoneal akibat perlekatan pada dinding hernia atau sifat dari isinya, kadang-kadang sekunder dari feses) tidak ada nyeri, tidak terdapat penonjolan waktu batuk yang akan terlihat pada pemeriksaan fisik.

Hernia stranggulata (sirkulasi terhenti akibat kontriksi leher kantong hernia, mungkin mengakibatkan ganggren, timbul nyeri kolik abdomen yang mendadak, gejala dan tanda obstruksi intestinal. Hernia terasa sangat nyeri dan tegang, tonjolan waktu batuk menghilang, peristaltic usus meningkat.
3. Komplikasi
a. Terjadi perlengketan isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan lagi.
b. Terjadi tekanan terhadap cincin hernia, akibat makin banyaknya usus yang masuk cincin hernia relatif semakin sempit dan menimbulkan gangguan isi perut.
c. Bila hernia dibiarkan maka akan timbul edem dan terjadi penekanan pembuluh darah sehingga terjadi nekrosis

D. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pada pasien hernia penatalaksanaannya berupa pemberian makanan sedikit tapi sering, tirah baring selama 1 jam setelah makan untuk mencegah refluk atau gerakan hernia dan meninggikan kepala tempat tidur 4-8 inci (10-20 cm) untuk mencegah hernia menyelinap keatas. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis stranggulata, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Jika reposisi tidak berhasil dalam waktu 6 jam harus dilakukan operasi dengan segera.
2. Perioperatif
Pada hernia inguinalis lateralis reversible, maka akan dilakukan tindakan efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi, maka akan diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali, penderita istirahat dan dipuasakan atau mendapat diet lunak. Dilakukan tekanan yang kontinue pada benjolan missalnya dengan bantal pasir, baik juga dilakukan kompres dengan es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang - ulang, sehingga isi hernia masuk. Untuk kemudian dilakukan bedah efektif bila tidak dilaksanakan atau terjadi inkaserasi (diharuskan operasi karena lilitan usus pada abdomen).
3. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia inguinalis. Tindakan bedah pada hernia disebut herniatomy (memotong hernia) dan herniograph (menjahit kantong hernia). Pada herniotomy dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit setinggi mungkin lalu dipotong. Terapi definitive adalah pembedahan pada hernia inguinalis medialis. Kantong hernia tidak perlu dieksisi tetapi cukup dikembalikan ke dalam rongga perut, kemudian perlu dilakukan perbaikan terhadap kelemahan atau kerusakan pada dinding perut.

E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik serta review catatan sebelumnya.
Untuk mengkaji klien dengan post herniotomi meliputi :
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1) Identitas klien mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, nomor medik, status, diagnosa medis, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian dan alamat.
2) Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Alasan Masuk Perawatan.
Disini menggambarkan tentang hal-hal yang menjadikan pasien di bawa ke rumah sakit dan dirawat.
2) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan klien yang bersifat subyektif pada saat dikaji. Biasanya keluhan utama yang dirasakan klien post herniotomi adalah nyeri daerah luka operasi.
3) Riwayat Kesehatan sekarang
Bagian ini menguraikan keluhan pertama yang muncul secara kronologis meliputi faktor yang mencetuskan memperingan gejala, kualitas, lokasi / penyebaran, upaya yang dilakukan serta waktu dirasakannya keluhan, durasi dan frekuensi. Dengan menggunakan alat bantu yang mencakup PQRST :P : Provokative / palliative
Merupakan hal atau faktor yang pencetus terjadinya penyakit, hal yang memperberat atau memperingan, nyeri yang dirasakan biasanya bertambah bila klien berjalan, bersin, batuk atau napas dalam. Q : Quality / Quantity Qualitas dari suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan. R : Region / Radition. Region adalah daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan. S : SaveQuality / Quantity Region / Radition Scale. Severity scale adalah keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut. T : Time. Time adalah waktu dimana keluhan dirasakan.
4) Riwayat kesehatan yang lalu
Pada tahap ini dikaji mengenai latar belakang kehidupan klien sebelum masuk rumah sakit yang menjadi faktor predisposisi seperti riwayat bekerja mengangkat benda-benda berat, tanyakan juga tentang riwayat penyakit menular dan atau penyakit keturunan.
5) Riwayat keluarga.
Pada tahap ini dikaji tentang riwayat kesehatan keluarga, adakah dalam keluarga yang mengalami penyakit sama dengan klien saat ini dan atau riwayat penyakit keturunan.
c. Data Biologis
1) Pola nutrisi. Pada aspek ini dikaji mengenai kebiasaan makan klien sebelum dan sesudah masuk rumah sakit. Dikaji mengenai riwayat diet klien. Bagaimana kebiasaan makan dalam sehari, jenis makan. Apakah dijumpai perubahan pada makan akibat penyakit, setelah itu dikaji tentang kebiasaan minum ( jenis, jumlah dalam sehari ) dan kebiasaan minum-minuman beralkohol.
2) Pola eleminasi. Dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan kelainan eleminasi, kesulitan-kesulitan eliminasi dan keluhan-keluhan yang dirasakan klien pada saat bab dan bak.
3) Istirahat dan tidur. Dikaji mengenai kebutuhan istirahat dan tidur, apakah ada gangguan sebelum dan pada saat tidur, lama tidur dan kebutuhan istirahat tidur.
4) Personal hygiene. Dikaji mengenai kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci rambut dan dikaji apakah memerlukan bantuan orang lain atau secara mandiri.
5) Aktivitas dan latihan. Dikaji apakah aktivitas yang dilakukan klien dirumah dan dirumah sakit dibantu atau secara mandiri.
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pemeriksaan fisik dilakukan head to toe tetapi hasilnya dituliskan persistem tubuh.
1) Keadaan umum. Keadaan klien dengan hernia biasanya mengalami kelemahan, dan periksa status gizinya serta tingkat kesadaran compos mentis.
2) Tanda-tanda vital. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital biasanya pada pasien post herniotomi terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan suhu dan demam, pernapasan cepat dan dangkal.
3) Tinjauan system
(a) Sistem respirasi. Dikaji dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.Dalam sistem ini perlu dikaji mengenai bentuk hidung, kebersihannya, adanya sekret, adanya pernafasan cuping hidung, bentuk dada, pergerakan dada apakah simetris atau tidak, bunyi nafas, adanya ronchi atau tidak, frekuensi dan irama nafas teratur.
(b) Sistem cardiovaskuler. Dikaji mulai dari warna konjungtiva, warna bibir, tidak ada peningkatan JVP, peningkatan frekuensi dan irama denyut nadi, bunyi jantung tidak disertai suara tambahan, penurunan tekanan darah.
(c) Sistem pencernaan. Sistem pencernaan dikaji mulai dari mulut sampai anus, dalam sistem ini perlu dikaji adanya stomatitis, jumlah gigi, caries, bau mulut, mukosa mulut, ada tidaknya pembesaran tonsil, bentuk abdomen datar, turgor kulit kembali lagi, fokus pada pemeriksaan dengan kasus hernia apakah ada distensi abdomen, nyeri tekan dan nyeri lepas. Adakah lesi pada daerah abdomen adanya massa, pada auskultasi dapat diperiksa peristaltik usus.
(d) Sistem perkemihan. Dikaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah pinggang, observasi dan palpasi pada daerah abdomen untuk mengkaji adanya retensio urine, ada tidaknya nyeri tekan dan benjolan serta pengeluaran urine apakah ada nyeri pada waktu miksi atau tidak.
(e) Sistem neurologis. Secara umum pada kasus hernia inguinalis lateral tidak mengalami gangguan, namun gangguan terjadi dengan adanya nyeri sehigga perlu dikaji tingkat skala ( 0-5) serta perlu dikaji nilai GCS dan pemeriksaan fungsi syaraf kranial untuk mengidentifikasi kelainan atau komplikasi.
(f) Sistem integument. Dalam sistem ini perlu dikaji keadaan kulit (turgor, kebersihan, pigmentasi, tekstur dan lesi), serta perlu dikaji kuku dan keadaan rambut, sekitar kulit atau ekstremitas adakah oedema atau tidak. Pada klien dengan post herniotomi akan didapatkan kelainan integumen karena adanya luka insisi pada daerah abdomen, sehingga perlu dikaji ada atau tidaknya tanda radang didaerah terkena adalah ada tidaknya tanda lesi dan kemerahan, pengukuran suhu untuk mengetahui adanya infeksi.
(g) Sistem penglihatan. Pada post herniotomi sistem ini tidak mengalami gangguan. Untuk mengetahui keadaan kesehatan maka harus diperiksa tentang fungsi penglihatan, kesimetrisan mata kiri dan kanan, oedema atau tidak.
(h) Sistem Endokrin. Dalam sistem ini perlu dikaji adanya pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening.
(i) Sistem Muskuloskeletal. Pada hernia inguinalis lateral biasanya post operasi secara umum tidak mengalami gangguan,tapi perlu dikaji kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah, dengan nilai kekuatan otot (0-5). Diperiksa juga adanya kekuatan pergerakan, atau keterbatasan gerak.
4) Data psikologis
Data psikologis yang perlu dikaji adalah status emosional, konsep diri, mekanisme koping klien dan harapan serta pemahaman klien tentang kondisi kesehatan sekarang.
(a) Status emosional
Kemungkinan ditemukan emosi klien jadi gelisah dan labil, karena proses penyakit yang tidak di ketahui/ tidak pernah diderita sebelumnya.


(b) Konsep diri
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat orang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.
(c) Stressor
Stressor adalah faktor-faktor yang menambah beban klien baik dari pelayanan kesehatan ataupun pribadi dan keluarga.
Seseorang yang mempunyai stressor akan mempersulit dalam proses suatu penyembuhan penyakit.
(d) Koping Mekanisme
Koping mekanisme ini merupakan suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan stress yang dihadapi
(e) Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan yang dihadapi. Hal ini perlu dikaji agar tim kesehatan dapat memberikan bantuan dengan efisien.
e. Pengkajian psikososial post herniotomi meliputi bagaimana status emosi klien, harapan klien tentang penyakit yang dideritanya, gaya komunikasi, sosialisasi klien dengan keluarga atau masyarakat, interaksi klien dirumah sakit, gaya hidup klien sehari-hari, serta kepuasan pelayanan keperawatan yang klien rasakan dirumah sakit.
f. Aspek Sosial dan Budaya. Pengkajian ini menyakit pada pola komunikasi dan interaksi interpersonal, gaya hidup, faktor sosial serta support sistem yang ada pada klien.
g. Data Spiritual. Data spiritual menyangkut keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, harapan terhadap kesembuhan serta kegiatan spiritual yang dilakukan saat ini.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan elektrolit.

F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literature yang berkaitan, catatan medis klien masa lalu, dan konsultasi dengan professional lain.
Adapun diagnosa keperawatan yang timbul pada klien dengan post herniotomy menurut Doengoes E Marilynn 2000, adalah :
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan hemorargi.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
5. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

G. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada klien dengan post herniotomy yang sesuai dengan diagnosa keperawatan secara teoritis menurut Doenges, E Marilynn, 2000 adalah sebagai berikut :
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah
Tujuan : Nyeri berkurang, hilang atau teratasi
Kriteria hasil : Klien melaporkan nyeri hilang atau dapat diatasi, klien dapat mengidentifikasi aktivitas yang dapat meningkatkan atau mengurangi nyeri dan tidak gelisah, skala nyeri 0-1.

Rencana tindakan
a. Kaji skala nyeri
Rasional : Nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri.
b. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Respon autonemik meliputi perubahan pada tekanan darah, nadi, dan pernapasan yang berhubungan dengan keluhan/penghilang nyeri. Abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut.
c. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus
Rasional : Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih dan berbaring lama.
d. Ajarkan teknik relaksasi yang dapat mengurangi intensitas nyeri.
Rasional : Relaksasi dapat melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan O2 pada jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri.
e. Berikan posisi yang nyaman
Rasional : Istirahat merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
Rasional : Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan hemorargi.
Tujuan : Resiko kekurangan cairan teratasi.
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit elastic, mukosa bibir kering,BB ideal, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Rencana Tindakan
a. Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Tanda-tanda awal hemorargie usus dan pembentukan hematoma dapat menyebabkan syok hipovolemik.
b. Palpasi nadi perifer.
Rasional : Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat dehidrasi.
c. Perhatikan adanya edema.
Rasional : Edema dapat terjadi karena pemindahan cairan berkenaan dengan penurunan kadar albumin serum/protein.
d. Pantau intake output.
Rasional : Indicator langsung dari hidrasi/perfusi organ dan fungsi. Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
e. Berikan terapi cairan, darah, albumin, elektrolit sesuai indikasi.
Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer.
Tujuan : Resiko infeksi teratasi
Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vital dalam batas normal, hasil laboraturium dalam batas normal.
Rencana Tindakan
a. Observasi tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.
Rasional : Suhu malam hari memuncak yang kembali normal pada pagi hari adalah karakteristik infeksi.
b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi.
Rasional : Perkembangan infeksi dapat memperlambat penyembuhan.
c. Observasi terhadap tanda dan gejala peritonitis.
Rasional : Peritonitis dapat terjadi jika usus terganggu.
d. Pertahankan perawatan luka aseptic, pertahankan balutan kering.
Rasional : Melindungi klien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah sebagai sumbu retrogard, menyerap kontaminasi eksternal.
e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi.
Rasional : Diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi infeksi.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
Tujuan : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi.
Kriteria Hasil : Tidak ada penurunan berat badan secara significant, makan sesuai diit yang diberikan, tidak ada mual, nafsu makan baik.
Rencana Tindakan
a. Tinjau factor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk mencerna makanan.
Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi.
b. Auskultasi bising usus, palpasi abdomen.
Rasional : Menentukan kembalinya peristaltic.
c. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diit dari pasien.
Rasional : Meningkatkan kerjasama dengan pasien dengan aturan diit.
d. Berikan cairan IU, misalnya albumin, lipid, elektrolit.
Rasional : Memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : Ansietas teratasi.
Kriteria Hasil : Klien tidak menampakan kecemasan, ekspresi wajah rileks.
Rencana Tindakan
a. Awasi respon fisiologis.
Rasional : Dapat menjadi indikasi derajat takut yang dialami pasien.
b. Dorong pernyataan takut dan kecemasan.
Rasional : Membuat hubungan terapeutik, membantu pasien menerima kenyataan.
c. Berikan informasi yang akurat tentang tindakan apa yang akan dilakukan.
Rasional : Melibatkan pasien dalam rencana asuhan keperawatan dan menurunkan ansietas.
d. Dorong orang terdekat dengan klien untuk menemani klien.
Rasional : Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi seorang diri.
e. Tunjukkan teknik relaksasi.
Rasional : Belajar cara untuk rileks dapat menurunkan ketakutan dan ansietas.
f. Berikan terapi sesuai indikasi.
Rasional : Obat sedative dapat digunakan untuk menurunkan ansietas.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : Intoleransi teratasi
Kriteria Hasil : Klien dapat beraktivitas secara mandiri, menunjukkan peningkatan otot.
Rencana Tindakan
a. Tingkatkan tirah baring/duduk.
Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketegangan.
b. Ubah posisi dengan sering.
Rasional : Meningkatkan tinggi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu.
c. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.
Rasional : Tirah baring lama dapat menyebabkan menurunnya kemampuan.
d. Dorong penggunaan teknik manajemen stress.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi
e. Berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : Membantu dalam manajemen kebutuhan tidur.

H. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan, dimana rencana perawatan dilaksanakan pada tahap ini perawat siap untuk menjelaskan dan melaksanakan intervensi dan aktifitas yang telah dicatat dalam rencana keperawatan klien, agar implementasi perencanaan ini tepat waktu dan efektif terhadap biaya, perlu mengidentifikasi prioritas perawatan klien. Kemudian bila telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi dan mendokumentasikannya informasi ini kepada penyediaan perawatan kesehatan keluarga. ( Doengoes, 2002; hal. 105 )

Pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Prinsip dalam memberikan tindakan kepeerawatan menggunakan komunikasi terapeutik serta penjelasan setiap tindakan yang diberikan pada pasien. Pendekatan yang digunakan adalah independent, dependen dan interdependen.
1. Secara mandiri (independen)
Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi rekasi karena adanya stressor (penyakit), misalnya :
a. Membantu klien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
b. Melakukan perawatan kulit untuk mencegah dekubitus.
c. Memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara wajar.
d. Menciptakan lingkungan terapeutik.
2. Saling ketergantungan /kolaborasi (interdependen)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesame tim perawatan atau kesehatan lainnya seperti dokter, fisioterapi, analisis kesehatan, dll.
3. Rujukan / ketergantungan
Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain diantaranya dokter, psikologis, psikiater, ahli gizi, fisioterapi, dsb. Pada penatalaksanaannya tindakan keperawatan dilakukan secara :
a. Langsung : ditangani sendiri oleh perawat
b. Delegasi : diserahkan kepada orang lain/perawat lain yang dapat dipercaya.
Apabila tujuan, hasil dan intervensi telah diidentifikasi, perawat siap untuk melakukan aktivitas pencatatan pada rencana perawatan klien. Dalam mengaplikasikan rencana kedalam tindakan dan penggunaan biaya secara efektif serta pemberian perawatan tersebut. Dalam menentukan prioritas saat ini, perawat meninjau ulang sumber – sumber sambil berkonsultasi dan mempertimbangkan keinginan klien. ( Doengoes E. Marillyn, “Rencana Askep”, hal. 21 )

I. Evaluasi Keperawatan
Meskipun proses keperawatan mempunyai tahap-tahap, namun evaluasi berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan proses keperawatan (Alfaro-LeFevre, 1998). Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil.

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Langkah dari evaluasi proses keperawatan adalah mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah perilaku atau respon klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau pemeliharaan status yang sehat. Selama evaluasi, perawat memutuskan apakah langkah proses keperawatan sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon klien dan membandingkannya dengan perilaku yang disebutkan dalam hasil yang diharapkan.

Sejalan dengan yang telah dievaluasi pada tujuan, penyesuaian terhadap rencana asuhan dibuat sesuai dengan keperluan. Jika tujuan terpenuhi dengan baik, perawat menghentikan rencana asuhan tersebut dan mendokumentasikan analisa masalah teratasi. Tujuan yang tidak terpenuhi dan tujuan yang sebagian terpenuhi mengharuskan perawat untuk melanjutkan rencana atau memodifikasi rencana asuhan keperawatan.

Tujuan dari evaluasi antara lain:
1. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.
2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang telah diberikan.
3. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
4. Mendapatkan umpan balik.
5. Sebagai tanggungjawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
Perawat menggunakan berbagai kemampuan dalam memutuskan efektif atau tidaknya pelayanan keperawatan yang diberikan. Untuk memutuskan hal tersebut dalam melakukan evaluasi seorang perawat harus mempunyai pengetahuan tentang standar pelayanan, respon klien yang normal, dan konsep model teori keperawatan.
Dalam melakukan proses evaluasi, ada beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain: mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan, mengukur pencapaian tujuan, mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan, dan melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu.
Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986, dalam Craven & Hirnle, 2000), evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Evaluasi struktur. Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, ratio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang diinginkan.
2. Evaluasi proses. Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.
3. Evaluasi hasil. Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:
1. Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2. Masalah sebagian teratasi;jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan.
3. Masalah tidak teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/ diagnosa keperawatan baru.
Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Subjective adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan diberikan. Objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan. Analisis adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi. Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.


BAB III
TINJAUAN KASUS

Di dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang laporan kasus asuhan keperawatan pada klien Tn. S dengan diagnosa medis Post herniotomy di ruang Cendana 2 Rumkit Polpus R.S Sukanto Jakarta. Asuhan keperawatan tersebut dilaksanakan selama 3 hari mulai dari tanggal 15 Juni 2010 sampai dengan 17 Juni 2010 melalui perdekatan proses keperawatan yaitu meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencaaan keperawatan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data klien. Dalam pengkajian penulis mendapatkan data dari klien, perawat ruangan, catatan medis, dan tim medis lainnya dengan melakukan wawancara dan observasi kesehatan. Adapun hal dari pengkajian adalah sebagai berikut :
1. Identitas Klien
Klien adalah seorang laki-laki berinisial Tn. S berusia 53 tahun, status perkawinan adalah menikah, berasal dari suku Jawa dengan alamat Ciracas Rt 005 Rw 04 Jakarta Timur. Klien beragama islam. Klien bekerja sebagai salah satu staff di sebuah perusahaan swasta. Klien di rawat di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Jakarta di Ruang Cendana 2 pada tanggal 15 Juni 2010 dengan nomor register 49 62 28 dan diagnose medis Hernia Inguinalis Lateral Sinistra.

2. Resume
Klien tiba di ruang Cendana 2 Rumah Sakit Kepolisisan Pusat Raden Said Sukanto Jakarta pada tanggal 15 Juni 2010 pukul 05.38 WIB. Klien merupakan seorang laki-laki berinisial Tn. S berusia 53 tahun dengan diagnose medis pre herniotomy.
Klien mengatakan terdapat benjolan pada selangkangan kiri. Benjolan ini sudah ada sejak 3 tahun yang lalu dan makin lama makin membesar. Tidak terdapat nyeri pada benjolan. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Observasi tanda-tanda vital tekanan darah 130/90 mmHg nadi 74 x/menit pernafasan 20 x/menit suhu 36⁰C.

Persiapan yang dilakukan sebelum operasi adalah : melakukan pemeriksaan laboratorium hematologi dan pemeriksaan rongent foto thorax, mencukur bulu kemaluan/pubis, inform concent, mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi, serta puasa sampai selesai dilakukan tindakan operasi dan bising usus positif.

Pada tanggal 15 Juni 2010 pukul 10.30 WIB klien di bawa ke ruangan operasi.

Masalah keperawatan yang timbul pada saat pre herniotomy adalah cemas dan kurang pengetahuan. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah melakukan observasi tanda-tanda vital, mengajarka teknik distraksi dan relaksasi, melakukan pemeriksaan laboratorium, dan melakukan kolaborasi dalam pemberian obat-obatan dan penatalaksanaan tindakan operatif. Evaluasi secara umum dilakukan adalah masalah keperawatan pada pre herniotomy telah teratasi. Rencana selanjutnya adalah tindakan keperawatan post herniotomy di lanjutkan di ruangan Cendana 2.

3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama : Klien mengeluh nyeri pada luka post herniotomy, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat atau diberikan obat analgetik, klien mengeluh kakinya tidak dapat digerakkan, klien mengatakan belum makan dan minum.


b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah di rawat di rumah sakit, klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat, makanan, binatang,maupun lingkungan. Klien tidak mempunyai riwayat pemakaian obat-obatan.
c. Riwayat kesehatan keluarga




Tahun 2005, DM


Tahun 1973, kecelakaan
Keterangan :
= meninggal
= perempuan
= laki-laki
= klien
= hubungan pernikahan
= hubungan persaudaraan
Dari genogram dan riwayat kesehatan keluarga dapat disimpulkan bahwa klien mempunyai riwayat penyakit Diabetes Mellitus (carier). Hal ini dapat dilihat dari riwayat kesehatan keluarga yaitu ibu klien meninggal pada tahun 2005 karena penyakit Diabetes Mellitus.
d. Riwayat psikososial dan spiritual
Klien mengatakan orang paling dekat dengan dirinya selama di rumah sakit adalah istrinya, interaksi dalam keluarga baik, pola komunikasi klien dalam keluarga baik, pembuat keputusan adalah saudaranya, kegiatan kemasyarakatan yang diikuti adalah mengaji.

Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah keluarga menjadi khawatir terhadap kondisi klien, masalah yang mempengaruhi klien saat ini adalah aktivitas klien terbatas. Hal yang sangat dipikirkan saat ini adalah klien ingin cepat sembuh dari sakitnya. Harapan setelah menjalani perawatan adalah klien dapat melakukan aktivitas seperti semula. Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit adalah klien mengalami keterbatasan dalam beraktivitas. Klien tidak mempunyai nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan, saat ini aktivitas keagamaan yang dilakukan adalah berdoa. Kondisi lingkungan rumah baik dan tidak mempengaruhi kesehatan saat ini.
e. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum sakit
1) Pola nutrisi
Klien tidak ada masalah dengan pola makan. Frekunsi makan 3x/hari, nafsu makan baik, jumlah yang dihabiskan adalah 1 porsi, tidak ada makanan yang membuat alergi atau makanan yang tidak di sukai serta tidak ada makanan pantangan, diit makan di rumah yaitu makan biasa. Klien jarang mengkonsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan buah-buahan. Tidak ada penggunaan obat-obatan sebelum makan, dan tidak ada penggunaan alat bantu NGT.
2) Pola eliminasi
Klien buang air kecil (BAK) sebanyak 6-7 x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan saat BAK, tidak ada penggunaan alat bantu kateter. Klien buang air besar (BAB) 1 x/hari dengan waktu yg tidak tentu, berwarna kuning kecokelatan, bau khas feces, konsistensi padat, klien mengatakan jika BAB harus dipaksakan dengan cara mengedan, dan klien tidak pernah menggunaan obat-obatan laksatif.
3) Pola personal hygiene
Klien mandi 2 x/hari dengan menggunakan sabun mandi pada waktu pagi dan sore hari, oral hygiene (sikat gigi) 2x/hari dengan menggunakan pasta gigi pada waktu pagi dan sore hari, mencuci rambut 3x/minggu dengan menggunakan shampoo.
4) Pola istirahat dan tidur
Klien tidur + 7 jam / hari, klien tidak pernah tidur siang karena klien bekerja, tidur malam + 7 jam / hari, klien biasa berdoa sebelum tidur.
5) Pola aktivitas dan latihan
Klien bekerja dari pagi sampai sore, klien tidak pernah berolahraga dan tidak ada keluhan dalam beraktivitas.
6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Klien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan merokok dan minum - minuman keras / NAPZA.
f. Pola kebiasaan di rumah sakit
1) Pola nutrisi
Klien belum makan sampai bising usus positif. Diit makan yang diberikan adalah bertahap sampai bising usus positif. Tidak ada keluhan mual ataupun muntah, tidak ada penggunaan obat-obatan sebelum makan dan tidak ada penggunaan NGT.
2) Pola eliminasi
Klien buang air kecil (BAK) sebanyak 6-7 x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan saat BAK, tidak ada penggunaan alat bantu kateter. Klien mengatakan belum BAB +1 hari setelah operasi.
3) Pola personal hygiene
Klien belum melakukan personal hygiene karena masih dalam pengaruh anestesi.
4) Pola istirahat dan tidur
Klien tidur + 10 jam /hari, tidur siang 3 jam /hari, tidur malam 7 jam /hari, klien mempunyai kebiasaan berdoa sebelum tidur.
5) Pola aktivitas dan latihan
Klien tidak dapat beraktivitas secar mandiri, aktivitas klien di bantu oleh keluarga. Klien mengatakan kakinya tidak dapat digerakkan.

4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
Berat badan sebelum sakit 91 kg, berat badan setelah sakit 91 kg, tinggi badan 178 cm, tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 70x /menit, frekuensi nafas 20x /menit, suhu tubuh 36,8 0C
b. System penglihatan
Sisi mata tampak simetris baik kiri maupun kanan, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva merah muda, kornea normal tidak keruh/berkabut dan tidak terdapat perdarahan, sklera anikterik, pupil isokor, otot-otot mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik, tidak terdapat tanda-tanda radang, klien tidak menggunakan kacamata, tidak memakai lensa kontak, reaksi terhadap cahaya baik.
c. Sistem pendengaran
Daun telinga normal, kondisi telinga tengah normal, tidak terlihat adanya cairan yang keluar dari telinga dan tidak ada perasaan penuh pada telinga, klien tidak mengalami tinnitus, fungsi pendengaran baik, klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
d. Sistem Wicara
Klien tidak mengalami gangguan wicara, klien dapat mengucapkan kata-kata dengan jelas.
e. Sistem Pernapasan
Pada jalan napas bersih, tidak ada sesak dan klien tidak menggunakan alat bantu pernapasan, frekuensi nafas 20x /menit, irama nafas teratur, jenis pernafasan spontan, klien tidak batuk dan tidak terdapat sputum, suara nafas normal/vesikuler, dan tidak ada nyeri saat bernafas.
f. Sistem Kardiovaskuler
Nadi 70x /menit, irama teratur dengan denyut kuat, tekanan darah 120/90 mmHg, tidak terjadi distensi vena jugularis baik kanan maupun kiri, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan, pengisian kapiler 2 detik, tidak terdapat edema, kecepatan denyut apical 74 x/menit, irama teratur, tidak terdengar adanya kelainan pada bunyi jantung dan tidak sakit dada.
g. Sistem Hematologi
Klien tidak terlihat pucat dan tidak ada perdarahan.
h. Sistem Saraf Pusat
Klien mengatakan tidak pusing, tingkat kesadaran composmentis, GCS E4 M6 V5, tidak terjadi tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (seperti muntah proyektil, nyeri kepala hebat, papil edema), klien tidak mengalami gangguan sistem persarafan.

i. Sistem Pencernaan
Klien tidak menggunakan gigi palsu, tidak terdapat carries, tidak tampak stomatitis, lidah tidak kotor, salifa normal, klien mengatakan tidak nyeri perut, bising usus 2x /menit, klien tidak megalami diare, tidak teraba pembesaran hepar, dan abdomen tidak kembung.
j. Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak terdapat luka ganggren.
k. Sistem Urogenital
Intake 1285 cc, output 1105 cc dan balance cairan 180 cc, tidak ada perubahan pola kemih, BAK warna kuning jernih, tidak terdapat distensi kandung kemih, dan tidak ada keluhan sakit pinggang.
l. Sistem Integument
Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan, keadaan kulit baik, terdapat insisi operasi lokasi di daerah selangkangan kiri sepanjang 7 cm. kondisi luka tertutup kassa steril. Tidak ada perdarahan pada luka dan tidak ada pembengkakan. Tidak ada kelainan kulit, klien terpasang infuse IVFD RL 20 tetes/menit kondisi baik, tetesan lancar, tidak ada tanda-tanda infeksi, keadaan rambut : tekstur rambut baik dan bersih.
m. Sistem Musculoskeletal
Klien mengalami kesulitan dalam pergerakan karena jika melakukan pergerakan akan terasa nyeri pada luka post herniotomy, tidak terdapat fraktur, tidak ada kelainan struktur tulang belakang. Kekuatan otot tidak di kaji dikarenakan untuk menghindari terjadinya injury (klien post herniotomy hari ke 1).

5. Data tambahan (pemahaman tentang penyakit)
Klien ketika ditanya mengatakan sudah mengerti tentang penyakitnya.

6. Data penunjang
Data penunjang yang terdapat pada klien yaitu hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 10 Juni 2010 :
Hemoglobin 14,6 gr/dl (L : 13-16 gr/dl, P : 12-14 gr/dl), Leukosit 7.500/ul (5000-10.000/ul), Hematokrit 45 % (L : 40-48 %, P : 37-43 %), Trombosit 265.000/ul (150.000-450.000/ul), Masa perdarahan 1’30” (1-6 menit), Masa pembekuan 10’ (10-15’), SGOT/AST 39,8 u/l (<37 u/l), SGPT/ALT 28,8 u/l (<40u/l), Ureum 26 mg/dl (10-50 mg/dl), Creatinine 1,0 mg/dl (0,5-1,5 mg/dl), GDS 118 mg/dl (<200 mg/dl)

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang terdapat pada klien yaitu : injeksi xevolac 3 x 1 amp/IV, injeksi Ceftriaxone 2x1 gr/IV, diit makan bertahap sampai bising usus positif dan normal.

8. Data Fokus
Data fokus terdiri dari data subyektif dan data obyektif. Data fokus yang terdapat pada klien adalah sebagai berikut :
a. Data Subyektif
Klien mengeluh nyeri pada luka post herniotomy, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat atau diberikan obat analgetik, klien mengeluh kakinya tidak dapat digerakkan, klien mengatakan belum makan dan minum.
b. Data Obyektif
Keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis, hasil observasi tanda-tanda vital Td : 120/90 mmHg, Nd : 70 x/menit, Rr : 20 x/menit, Sh : 36,8 0C. Terlihat luka post op dengan panjang + 7 cm, luka bersih tertutup perban, tidak ada perdarahan, tidak ada pembengkakan. Skala nyeri 4. Intake 1285 cc, output 1105 cc, balance 180 cc. mukosa bibir kering, turgor kulit baik. Bising usus 2 x/menit. Mobilisasi bedrest dalam 24 jam. Klien terpasang infuse IVFD RL 20 tetes/menit di tangan sebelah kiri, tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kalor, rubor, dolor, tumor, fungsiolesa. Makan atau minum bertahap sampai bising usus positif, rangsangan sensori (+), rangsangan motorik (-).

9. Analisa Data
Berdasarkan data yang terkumpul pada tanggal 15 Juni 2010 maka penulis mengelompokkan analisa data sebagai berikut :
No Data Masalah Etiologi
1. Data Subyektif
Klien mengeluh nyeri pada luka post herniotomy, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat atau diberikan obat analgetik
Data Obyektif
a. keadaan umum sakit sedang
b. kes composmentis
c. observasi tanda-tanda vital Td : 120/90 mmHg, Nd : 70 x/menit, Rr : 20 x/menit, Sh : 36,8 0C
d. terlihat luka post op dengan panjang + 7 cm
e. skala nyeri 4 Gangguan rasa nyaman nyeri Terputusnya kontinuitas jaringan
2. Data Subyektif : --
Data Obyektif
a. Observasi tanda-tanda vital Td : 120/90 mmHg, Nd : 70 x/menit, Rr : 20 x/menit, Sh : 36,8 0C
b. Intake 1285 cc, output 1105 cc, balance 180 cc
c. Mukosa bibir kering
d. Turgor kulit elastis
e. Tampak adanya luka post herniotomy di selangkangan kiri sepanjang ±7cm.
f. Tampak luka tertutup kassa steril.
g. Kondisi luka bersih, tidak ada perdarahan dan pembengkakan Resiko kekurangan volume cairan Hemorargi
3. Data Subyektif
Klien mengatakan kakinya tidak dapat digerakan
Data Obyektif
a. Mobilisasi bedrest dalam 24 jam
b. Tampak aktivitas di bantu oleh keluarga
c. Rangsangan sensori (+), rangsangan motorik (-)
d. Klien post herniotomy hari ke 1. Intoleransi aktivitas Efek anestesi

B. Diagnosa Keperawatan
Setelah data terkumpul dan di analisa, maka dapat dirumuskan beberapa diagnose keperawatan, adapun diagnosa keperawatan tersebut disusun berdasarkan hirarki maslows adalah sebagai berikut :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputisnya kontinuitas jaringan.
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hemorargi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi.

C. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa 1
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan ditandai dengan
Data Subyektif : Klien mengeluh nyeri pada luka post herniotomy, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat atau diberikan obat analgetik
Data Obyektif : Keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis, hasil observasi tanda-tanda vital Td : 120/90 mmHg, Nd : 70 x/menit, Rr : 20 x/menit, Sh : 36,8 0C. Terlihat luka post op dengan panjang + 7 cm. Skala nyeri 4
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi/berkurang
Kriteria hasil : Klien melaporkan rasa nyeri yang berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal, tampak ekspresi wajah rileks, skala nyeri 0-1.
Rencana tindakan
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Kaji skala nyeri.
3. Kaji lokasi, durasi, kualitas, intensitas, dan karakteristik nyeri.
4. Anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam.
5. Anjurkan untuk mengalihkan perhatian nyeri dengan cara melakukan hal-hal yang menyenangkan (menonton tv, mendengarkan radio, membaca).
6. Beri terapi sesuai program (Injeksi Xevolac 1 amp/IV).
Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal 15 Juni 2010
Pukul 15.30 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 70 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,8⁰C. pukul 16.00 WIB melakukan pengkajian nyeri, hasil : klien mengeluh nyeri pada luka post herniotomy, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat atau diberikan obat analgetik. Pukul 16.30 WIB menganjurkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri, hasil : klien mengerti dan akan melakukannya. Pukul 17.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Xevolac 1amp/IV, hasil : obat masuk sesuai program.



Evaluasi Keperawatan
Tanggal 15 Juni 2010
Subyektif : Klien mengatakan nyeri pada daerah post operasi, intensitas nyeri terus menerus, kualitas nyeri sedang, karakteristik nyeri berdenyut, klien mengatakan nyeri baru hilang jika klien beristirahat dan jika diberi obat analgetik.
Obyektif : Observasi tanda-tanda vital tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 70 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,8⁰C. Skala nyeri 4. Tampak luka post herniotomy di selangkangan kiri, kondisi luka tertutup kassa steril.
Analisa : Masalah keperawatan belum teratasi, tujuan keperawatan belum tercapai.
Planning : Tindakan keperawatan dilanjutkan.
Rencana Tindakan
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Kaji skala nyeri.
3. Kaji lokasi, durasi, intensitas, kualitas, dan karakteristik nyeri.
4. Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam.
5. Beri obat sesuai program (Injeksi Xevolac 1 amp/IV)

Tanggal 16 Juni 2010
Pukul 07.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. Pukul 09.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Xevolac 1 amp/IV, hasil : obat masuk sesuai program, klien mengatakan nyeri sedikit berkurang setelah diberikan obat.
Evaluasi Keperawatan
Tanggal 16 Juni 2010
Subyektif : Klien mengatakan nyeri pada daerah post operasi, intensitas nyeri terus menerus, kualitas nyeri sedang, karakteristik nyeri berdenyut, klien mengatakan nyeri baru hilang jika klien beristirahat dan jika diberi obat analgetik.
Obyektif : Observasi tanda-tanda vital tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C Skala nyeri 4. Tampak luka post herniotomy di selangkangan kiri, kondisi luka tertutup kassa steril.
Analisa : Masalah keperawatan belum teratasi, tujuan keperawatan belum tercapai.
Planning : Tindakan keperawatan dilanjutkan.
Rencana Tindakan
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Kaji skala nyeri.
3. Kaji lokasi, durasi, intensitas, kualitas, dan karakteristik nyeri.
4. Beri obat sesuai program (Injeksi Xevolac 1 amp/IV)

Tanggal 17 Juni 2010
Pukul 11.00 melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 74 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. Pukul 13.00 WIB melakukan pengkajian nyeri, hasil : klien mengatakan nyeri pada luka post op sudah berkurang, skala nyeri 1.
Evaluasi Keperawatan
Tanggal 17 Juni 2010 Pukul 15.00 WIB
Subyektif : Klien mengatakan nyeri pada luka post op sudah berkurang.
Obyektif : Observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 74 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C, skala nyeri 1.
Analisa : Masalah keperawatan teratasi, tujuan telah tercapai.
Planning : Tindakan keperawatan dihentikan, klien pulang pada pukul 15.00 WIB

Diagnosa 2
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hemorargi ditandai dengan
Data Subyektif : ---
Data Obyektif : Keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis, hasil observasi tanda-tanda vital Td : 120/90 mmHg, Nd : 70 x/menit, Rr : 20 x/menit, Sh : 36,8 0C. Intake 1285 cc, output 1105 cc, balance 180 cc. membrane mukosa bibir kering, turgor kulit elastis. Terlihat luka post op dengan panjang + 7, kondisi luka bersih tertutup kassa steril, tidak ada perdarahan, tidak ada pembengkakan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko kekurangan volume cairan teratasi.
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda perdarahan, tidak ada pembengkakan, luka tampak bersih dan menunjukkan waktu penyembuhan yang tepat waktu, tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
Rencana tindakan
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Palpasi nadi perifer.
3. Perhatikan adanya edema.
4. Pantau intake output.
5. Berikan terapi cairan, darah, albumin, elektrolit sesuai indikasi.
6. Kaji luka terhadap adanya perdarahan dan pembengkakan.
7. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic dan antiseptic.
8. Pertahankan luka agar tetap bersih,
9. Pertahankan kesterilan alat saat melakukan perawatan luka.
10. Kaji kondisi kulit disekitar luka post op.
Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal 15 Juni 2010
Pukul 15.30 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 70 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,8⁰C. Pukul 16.00 WIB mengkaji keadaan luka, hasil : luka bersih, tertutup kassa steril, tidak ada perdarahan, tidak ada pembengkakan.
Evaluasi Keperawatan
Tangal 15 Juni 2010
Subyektif : -----
Obyektif : Observasi tanda-tanda vital, tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 70 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,8⁰C. Luka tampak bersih, tertutup kassa steril, tidak ada perdarahan, tidak ada pembengkakan, daerah di sekitar luka tidak tampak kemerahan/infeksi
Analisa : Masalah keperawatan belum teratasi, tujuan belum tercapai.
Planning : Tindakan keperawatan dilanjutkan.
Rencana tindakan
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Monitor intake dan output dalam 24 jam.
3. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic dan antiseptic.
4. Kaji kondisi luka dari perdarahan.
5. Kaji adanya pembengkakan.

Tanggal 16 Juni 2010
Pukul 07.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. Pukul 10.00 WIB mengkaji keadaan luka, hasil : luka bersih, tertutup kassa steril, tidak ada perdarahan, tidak ada pembengkakan. Pukul 14.00 WIB mengukur intake dan output dalam 24 jam, hasil : intake 1285 cc, output 1105 cc, balance 180 cc.
Evaluasi Keperawatan
Tangal 16 Juni 2010 Pukul 15.00 WIB
Subyektif : -----
Obyektif : Observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C, luka tampak bersih, tertutup kassa steril, tidak ada perdarahan, tidak ada pembengkakan, daerah di sekitar luka tidak tampak kemerahan/infeksi
Analisa : Masalah keperawatan belum teratasi, tujuan belum tercapai.
Plannning : Tindakan keperawatan dilanjutkan.
Rencana tindakan
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Kaji kondisi luka dari perdarahan.
3. Kaji adanya pembengkakan.
4. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic dan antiseptic.

Tanggal 17 Juni 2010
Pukul 11.00 melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 74 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. Pukul 10.00 WIB melakukan perawatan luka dengan teknik aseptic dan antiseptic, hasil : luka tampak bersih, tertutup kassa steril, tidak ada perdarahan, tidak ada pembengkakan, daerah di sekitar luka tidak tampak kemerahan/infeksi.
Evaluasi Keperawatan
Tanggal 17 Juni 2010 Pukul 15.00 WIB
Subyektif : -----
Obyektif : Observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 74 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C, luka tampak bersih, tertutup kassa steril, tidak ada perdarahan, tidak ada pembengkakan, daerah di sekitar luka tidak tampak kemerahan/infeksi.
Analisa : Masalah keperawatan teratasi, tujuan telah tercapai.
Planning : Tindakan keperawatan dihentikan, klien pulang pada pukul 15.00 WIB

Diagnosa 3
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi ditandai dengan
Data Subyektif : Klien mengeluh kedua kakinya tidak dapat digerakkan.
Data Obyektif : Keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis, tampak aktivitas dibantu oleh keluarga, mobilisasi bedrest dalam 24 jam, respon sensori (+), respon motorik (-), klien hari ke 1 post herniotomy.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan intoleransi aktivitas teratasi.
Kriteria hasil : Respon sensori (+), respon motorik (+), klien dapat beraktivitas dengan bantuan minimal/mandiri, mobilisasi pasca operasi baik.
Rencana tindakan
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Kaji keadaan umum dan tingkat kesadaran.
3. Kaji respon motorik dan sensorik pasca operasi.
4. Bantu klien dalam beraktivitas.
5. Ajarkan mobilisasi bertahap pasca operasi.
6. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan oleh klien.
7. Kaji tingkat kekuatan otot.
Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal 15 Juni 2010
Pukul 15.30 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 70 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,8⁰C. Pukul 16.40 WIB mengkaji respon motorik dan respon sensorik, hasil respon motorik (-), respon sensori (+).
Evaluasi Keperawatan
Tanggal 15 Juni 2010
Subyektif : Klien mengatakan kakinya tidak dapat digerakkan.
Obyektif : Observasi tanda-tanda vital tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 70 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,8⁰C tampak aktivitas dibantu oleh keluarga, respon sensori (+) respon motorik (-)
Analisa : Masalah keperawatan belum teratasi.
Planning : Tindakan keperawatan lanjutkan.
Rencana tindakan
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Kaji tingkat kekuatan otot.
3. Bantu klien dalam melakukan mbilisasi bertahap pasca operasi.

Tanggal 16 Juni 2010
Pukul 07.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. Pukul 11.00 WIB, mengajarkan mobilisasi bertahap pasca operasi, hasil : klien dan keluarga mengerti dan mau melakukannya. Pukul 16.00 WIB mengkaji respon motorik dan respon sensorik, hasil : respon motorik (+), respon sensori (+). Pukul 16.10 WIB mengkaji tingkat kekuatan otot, hasil : tingkat kekuatan otot baik.
Evaluasi Keperawatan
Tanggal 16 Juni 2010 Pukul 14.00 WIB
Subyektif : Klien mengatakan kakinya sudah dapat digerakkan. Klien sudah dapat bangun dari tempat tidur.
Obyektif : Observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. tampak aktivitas dibantu oleh keluarga, respon sensori (+) respon motorik (+)
Analisa : Masalah keperawatan teratasi.
Planning : Tindakan keperawatan dihentikan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn. S dengan post herniotomy di ruang Cendana 2 Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Jakarta yang dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2010 sampai dengan 17 Juni 2010. Maka pada bab ini penulis akan menguraikan kesenjangan atau perbedaan antara teori dan kasus yang dimulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Dari hasil pengkajian, yang dilakukan pada tanggal 15 Juni 2010 pada tahap ini penulis berusaha mengkaji secara menyeluruh, sehingga data yang di dapat dari keluhan klien. Klien mengeluh nyeri pada luka post herniotomy, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat atau diberikan obat analgetik, klien mengeluh kakinya tidak dapat digerakkan.

Pada pemeriksaan fisik klien dengan post herniotomy didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus. Pada teori ditemukan data pada tanda-tanda vital adanya peningkatan tekanan darah, peningkatan suhu tubuh/demam, dan adanya pernapasan yang cepat dan dangkal, sedangkan pada kasus tidak ditemukan adanya perubahan tanda-tanda vital seperti yang disebutkan pada teori.

Faktor pendukung yang dialami selama pengkajian adalah keluarga dan klien mampu untuk diajak bekerjasama sedangkan faktor penghambatnya adalah pendokumentasian catatan keperawatan klien kurang lengkap dan alternatif pemecahan masalahnya adalah bertanya langsung kepada klien, keluarga dan perawat yang bertugas di ruangan tersebut.

B. Diagnosa Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan pada klien dengan post herniotomy di dalam teori terdapat 6 diagnosa keperawatan. Sedangkan pada kasus Tn. S dengan post op
herniotomy terdapat 3 diagnosa keperawatan. Adapun diagnose yang muncul pada teori tetapi tidak muncul pada kasus adalah :
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer. Diagnosa ini tidak muncul karena pada dasarnya diagnosa keperawatan infeksi baru akan muncul setelah klien menjalani hari ke 3 atau 4 pasca operasi. Penulis melakukan pengkajian pada hari ke 1 pasca operasi.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh behubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan. Diagnosa ini tidak muncul karena tidak di temukan data yang mendukung untuk menegakkan diagnose ini. Tidak ada penurunan berat badan yang significant, tidak ada keluhan mual, muntah, maupun nafsu makan yang menurun.
3. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Diagnosa ini tidak muncul karena pada saat pengkajian klien tampak kooperatif, dan ekspresi wajah tidak menampakkan ketakutan akan perubahan status kesehatannya.

Faktor pendukung yang penulis dapatkan pada penyusunan diagnose keperawatan adalah ditemukannya data yang menunjang yaitu dari keluhan klien berupa nyeri pada luka post herniotomy, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat atau diberikan obat analgetik, klien mengeluh kakinya tidak dapat digerakkan.

Faktor penghambat yang penulis temukan saat penyusunan diagnose adalah kurangnya pengetahuan penulis dalam merumuskan etiologi pada diagnose keperawatan. Alternative pemecahan masalah yang penulis temukan lakukan adalah dengan mencari referensi atau sumber-sumber melalui media buku maupun internet tentang asuhan keperawatan klien dengan post herniotomy.


C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan ini penulis membuatnya disesuaikan dengan tujuan, kriteria hasil dan rencana tindakan. Rencana tindakan pada kasus ini didasarkan oleh teori yang ada di laporan kasus. Disini penulis memprioritaskan diagnosa sesuai dengan kebutuhan. Diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan menjadi diagnose prioritas karena nyeri yang dirasakan klien dapat mengganggu kenyamanan dan aktivitas klien. Selain itu, nyeri merupakan sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan bagi pasien berkaitan dengan kerusakan jaringan. Sehingga nyeri dapat merupakan faktor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu penyakit.

Diagnosa resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hemorargi menjadi diagnosa prioritas kedua setelah diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan karena jika hal ini dibiarkan maka akan terjadi gangguan yang dapat menimbulkan komplikasi berupa syok hipovolemik karena kekurangan cairan.

Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi menjadi diagnosa ketiga setelah diagnosa resiko kekurangan volume cairan berhubungn dengan hemorargi, hal ini karena klien masih dapat beraktivitas walaupun terbatas. Tirah baring selama 24 jam merupakan suatu intervensi dimana klien dibatasi untuk tetap berada di tempat tidur guna mencapai tujuan terapeutik yaitu untuk mengurangi nyeri pasca operasi dan mengembalikan kekuatan otot dari efek anestesi.

Dalam perencanaan keperawatan pada teori dan kasus terdapat kesenjangan yaitu pada perumusan tujuan. Dalam teori tujuan tidak disertai waktu yang pasti, tetapi pada kasus penulis menetapkan waktu yang pasti. Hal ini penulis lakukan karena dalam melakukan evaluasi diperlukan rentang waktu yang jelas.

Faktor pendukung yang penulis dapatkan pada penyusunan perencanaan adalah adanya bantuan dari perawat senior dan kawan-kawan mahasiswa dalam membuat rencana keperawatan. Faktor penghambat yang ditemukan adalah penulis tidak mengalami kesulitan dalam menyusun rencana keperawatan.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam tahap pelaksanaan, tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan semua tindakan yang dilakukan pada klien didokumentasikan ke dalam catatan keperawatan.

Dalam diagnosa pertama yaitu gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, penulis dapat melaksanakan atau merealisasikan rencana tindakan yang telah disusun pada perencanaan keperawatan sebelumnya.

Pada diagnose kedua yaitu resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hemorargi, semua rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan baik oleh penulis, namun pada diagnosa ketiga ada beberapa pelaksanaan tindakan keperawatan tidak dilakukan sesuai rencana tindakan yang telah di buat, penulis tidak membantu klien dalam beraktivitas dikarenakan ada keluarga klien selalu mendampingi klien selama 24 jam. Penulis juga tidak mengkaji tingkat kekuatan otot. Hal ini dikarenakan untuk mencegah terjadinya injury pada klien post herniotomy.

Faktor pendukung yang penulis dapatkan adalah keluarga yang sangat kooperatif dan mau bekerja sama saat dilakukan tindakan keperawatan. Factor penghambat yang penulis temukan adalah penulis merasa ragu jika melakukan tindakan keperawatan kepada klien terutama saat memberikan terapi parenteral. Alternative pemecahan masalah yang penulis lakukan adalah dengan meminta perawat senior untuk mendampingi penulis saat melakukan tindakan.

E. Evaluasi Keperawatan
Dari tiga masalah yang muncul pada kasus Tn. S, ketiganya telah teratasi semua. Adapun tiga masalah tersebut adalah :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, diagnosa ini telah teratasi karena klien mengatakan nyeri berkurang pada luka insisi pembedahan.
2. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan hemorargi, diagnose ini telah teratasi karena pada saat dilakukan perawatan luka tampak luka bersih, tidak terdapat perdarahan dan pembengkakan, serta daerah di sekitar luka operasi tidak terjadi kemerahan/infeksi, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda kekurangan cairan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi, diagnosa ini telah teratasi karena pada hari kedua asuhan keperawatan klien mengatakan sudah dapat menggerakkan kedua kakinya dan sudah mulai duduk. Pada hari ketiga pelaksanaan asuhan keperawatan klien sudah dapat berjalan dan diizinkan untuk pulang.

Faktor pendukung yang penulis temukan saat melakukan evaluasi keperawatan adalah adanya bantuan dari perawat ruangan dan rekan mahasiswa dalam memberikan askep pada klien, serta dengan adanya informasi dari tenaga medis lainnya, juga adanya criteria hasil yang sudah penulis buat sebelumnya sehingga dapat di jadikan pedoman dalam menentukan apakah tujuan tercapai atau belum.

Alternative pemecahan masalah yang penulis lakukan adalah dengan mengkonfirmasikan/mendelegasikan perencanaan keperawatan yang belum dapat dilakukan oleh penulis kepada perawat di ruangan untuk melanjutkan sehingga evaluasi dapat dilakukan secara tuntas.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn. S dengan diagnosa post herniotomy, diperoleh data bahwa Klien mengeluh nyeri pada luka post herniotomy, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat atau diberikan obat analgetik, klien mengeluh kakinya tidak dapat digerakkan.

Pada diagnosa keperawatan yang muncul pada teori dengan klien post herniotomy adalah enam diagnosa, tiga diagnosa keperawatan tidak terdapat dalam kasus. Hal ini dikarenakan tidak ada data yang menunjang untuk menegakkan diagnose keperawatan tersebut.

Pada tahap perencanaan, rencana keperawatan disusun sesuai dengan masalah keperawatan. Dalam memprioritaskan masalah keperawatan dilihat dari kebutuhan dan kondisi klien pada saat pengkajian.

Pada tahap pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah dibuat dan didokumentasikan pada catatan keperawatan. Namun ada beberapa pelaksanaan tindakan keperawatan yang tidak dilakukan sesuai dengan teori yang telah dibuat.

Pada tahap evaluasi, ketiga diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn. S telah teratasi semua.

B. Saran
1. Untuk klien dan keluarga
Saran yang perlu disampaikan kepada klien dan keluarga dapat mentaati larangan-larangan atau pantangan-pantangan agar tidak terjadi hernia berulang. Untuk klien khususnya hendaknya mengkonsumsi makanan yang banyak serat seperti sayuran dan buah-buahan serta berolahraga minimal satu minggu sekali.
2. Untuk rekan-rekan mahasiswa
Diharapkan agar lebih memahami dan mempelajari lebih dalam ilmu keperawatan medical bedah khususnya tentang asuhan keperawatan pada klien dengan post herniotomy dan juga untuk meningkatkan kepercayaan diri.

DAFTAR PUSTAKA


Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC

Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 6 volume 2. Jakarta : EGC

Syamsuhidayat, et.al.(2002).Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Tambayong, dr. Jan. (2000). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

48 komentar:


  1. Setelah saya baca , artikel yang anda sajikan sangat bermanfaat sekali untuk semua orang .
    Update terus artikelnya admin agar saya bisa selalu membaca berita terbaru dari halaman anda.

    Obat Komplikasi Tradisional
    Cara Menghilangkan Penyakit Varikokel Secara Alami
    Obat Ampuh Untuk Angin Duduk
    Pengobatan Bronkitis Dengan Obat Tradisional
    Apakah Penyakit Batuk Rejan Bisa Sembuh

    BalasHapus
  2. Tahukah anda bahwa hewan laut bernama teripang emas ternyata memiliki banyak khasiat dan manfaat bagi kesehatan diantaranya adalah mampu dijadikan Obat Infeksi Pencernaan, Obat Bopeng, Obat Keloid, Obat Infeksi Paru paru, Obat Kusta Alami hal tersebut bukan tanpa bukti melainkan telah banyak orang yang meraskan khasiat dan manfaat luar biasanya.

    BalasHapus
  3. This article you share is very helpful to me, I am happy to read this article. If you can fix it again for better. thanks to the information you shared. Good luck always!!
    Obat Benjolan Di Langit Langit Mulut Herbal Terbaik
    Cara Menyembuhkan Gondongan Dengan Obat Herbal Paling Ampuh
    Obat Gagal Ginjal Kronis Herbal terbaik Tanpa Cuci Darah
    Obat Herbal Batu Ginjal Terbukti Paling Ampuh

    BalasHapus
  4. Congratulations reactivities ,, highly awaited new information from this site
    Good luck !!

    situs herbal
    obat penyakit hipertiroid
    obat kanker hati mujarab

    BalasHapus
  5. thank you for the information, this information is very helpful to us
    Cara Ampuh Menghilangkan Mata Merah

    BalasHapus
  6. Thanks really very useful information, hopefully the next post better okay

    http://obatasamuratagaricpro.com/obat-stroke-paling-fenomenal/
    http://obatasamuratagaricpro.com/obat-gagal-ginjal-tanpa-cuci-darah/
    http://obatasamuratagaricpro.com/obat-hepatitis-akut/
    http://obatasamuratagaricpro.com/obat-kanker-prostat-yang-ampuh/
    http://obatasamuratagaricpro.com/obat-jantung-koroner-ampuh/


    http://rizkyherbal.com/obat-kanker-prostat-tanpa-operasi/
    http://rizkyherbal.com/pengobatan-hernia-tanpa-operasi/
    http://rizkyherbal.com/pengobatan-jantung-koroner-tanpa-operasi/
    http://rizkyherbal.com/obat-tbc-herbal-di-apotik/
    http://rizkyherbal.com/obat-kanker-usus-besar-stadium-4-alami/

    BalasHapus
  7. thanks for informations
    https://tokoherbalnesv.blogspot.com/

    BalasHapus
  8. It's great to be able to listen to the information presented on this site.
    Obat Penyakit Gerd Alami Terbukti Ampuh

    BalasHapus
  9. we here provide information about health articles, hopefully useful
    Cara Mengobati Cedera Lutut ACL

    BalasHapus
  10. We want to help you provide solutions to treat genital warts in men
    Cara Menghilangkan Kutil Kelamin Pria

    BalasHapus
  11. hopefully what you want can be achieved easily and well
    Obat Mudah Berdarah dan Memar

    BalasHapus
  12. Health is expensive, so prioritize your health before getting sick.
    Penyebab Nyeri Perut Saat Menstruasi

    BalasHapus
  13. For those of you who like fishing, please visit our website.

    Essen Ikan Tawes Air Keruh

    BalasHapus
  14. Thank you for the information you convey. Let's see our website.

    Resep Umpan Ikan Patin Babon

    BalasHapus
  15. Pencarian Jimmy Hoffa telah menjadi sensasi nasional dan pencarian togel totojitu online tubuhnya telah muncul secara berkala dalam berita sejak saat itu. Misteri keberadaannya melahirkan teori konspirasi yang tak togel totojitu online terhitung jumlahnya lelucon buruk dan legenda urban jangka panjang. James Riddle Hoffa lahir di Brazil Indiana pada 14 Februari 1913 8togel. Ayahnya yang bekerja di industri batu bara meninggal karena penyakit pernafasan terkait king4d online ketika Hoffa masih muda. Orang tuanya dan Hoffa hidup dalam kemiskinan relatif togel lotus4d dan ketika remaja Hoffa meninggalkan sekolah untuk bekerja sebagai pengangkut rantai toko bahan makanan Kroger togel singapore. Pada harihari awal aliansi Hoffa ia menunjukkan bakat untuk mengeksploitasi lxtoto online kelemahan lawan. Sebagai seorang remaja Hoffa disebut pemogokan seperti truk yang membawa stroberi ke toko Eyang Togel kelontong. Mengetahui stroberi tidak akan bertahan lama toko tidak punya pilihan selain bernegosiasi dengan Toto Singapore persyaratan Hoffa. Grup yang diwakili Hoffa dikenal secara lokal sebagai Strawberry Boy bergabung dengan togel king4d Teamsters lokal kemudian bergabung dengan Teamsters lainnya....

    BalasHapus