Rabu, 29 September 2010

askep emphiema

A. PENGERTIAN
Empiema adalah terkumpulnya pus di rongga tubuh. Oleh karena itu empiema toraks adalah terkumpulnya pus di dalam rongga toraks. (Kukuh Basuki Rahmat. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. 2002 : 210)
Empiema adalah penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada cavitas pleura. (Diane C. Baughman. 2000)

B. PATOFISIOLOGI
1. ETIOLOGI
Hampir selalu dari penyebab empiema adalah infeksi paru, terkecuali empiema pasca trauma atau selulitis di dekat pleura. Kuman penyebab dari empiema adalah Stapilococcus, Pneumococcus, Streptococcus.
2. PROSES PENYAKIT
Oleh karena infeksi paru terjadi penyempitan atau tertutupnya bronkioli dan alveoli. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan pada pengembangan paru dan respirasi.
Pada empiema akut sekat mediastinum masih dapat bergerak kekiri maupun kekanan. Bila ada tekanan positif dari salah satu rongga dada akan menyebabkan sekat mediastinum ini mudah bergeser ke sisi yang sehat. Bila karena empiema atau karena udara baik karena fistel atau karena iatrogenic akan menyebabkan gangguan yg lebih besar lagi.
Radang di pleura akan di rasakan oleh penderita sebagai rasa sakit. Bila keadaan berlanjut terjadi fibrosis di jaringan paru bawah pleura dan akan menyebabkan gangguan faal respirasi.
3. KOMPLIKASI
Perubahan fibrotic yang tidak dapat sembuh yang mengganggu ventilasi paru yang disebabkan oleh terjebaknya paru pada sisi yang terkena.
4. MANIFESTASI KLINIS
Demam, berkeringat malam, nyeri pleural, dispneu, anoreksia, dan penurunan berat badan. Tidak terdapatnya bunyi nafas, pendataran pada perkusi dada, penurunan premitus.

C. PENATALAKSANAAN
Ada 3 dasar dalam penatalaksanaan pengobatan penyakit paru terutama pada empiema, yaitu :
1. Pengeluaran pus seluruhnya.
2. Paru dapat mengembang sampai pada pleura parietalis menempel dengan pleura viseralis.
3. Memberantas infeksi dengan antibiotic.
Sasaran penatalaksanaan adalah mengalirkan cavitas pleura hingga mencapai ekspansi paru yang optimal. Dapat dicapai dengan drainase yang adekuat, antibiotic dalam dosis besar, atau sterptokinase

D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data dasar dari pengkajian klien dengan empiema adalah :
1. Aktivitas/istirahat, keleihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan melakukan ADL karena sulit bernafas, serta ketidakmampuan untuk tidur.
2. Sirkulasi, adanya pembengkakan pada ekstremitas bagian bawah.
3. Integritas ego, peningkatan factor resiko, dan perubahan pola hidup.
4. Higiene, penurunan kemampuan melakukan ADL.
5. Pernafasan, nafas pendek, batuk menetap dengan produksi sputum, adanya riwayat pneumoni berulang, episode batuk yang hilang timbul.
6. Keamanan, riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat atau factor lingkungan.
7. Seksualitas, penurunan libido.
8. Interaksi social, hubungan ketergantungan, kurang system pendukung, penyakit lama.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme bronkus, peningkatan produksi secret, dan kelemahan.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhn berhubungan dengan anoreksia.
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme pathogen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.

F. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnose 1
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme bronkus, peningkatan produksi secret, dan kelemahan.
Tujuan : jalan nafas paten/efektif.
KH : mempertahankan jalan nafas yang paten dengan bunyi nafas yang bersih, menunjukkan prilaku batuk efektif dan pengeluaran secret.
Rencana Tindakan
1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas dan pantau frekuensi pernafasan.
2. Catat adanya atau derajat dispneu, gelisah, ansietas, dab distress pernafasan.
3. Kaji posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
4. Bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
5. Observasi karakteristik batuk.
6. Tingkatkan masukan cairan hingga 3000 ml perhari sesuai dengan toleransi jantung.
7. Berikan obat-obatan sesuai dengan indikasi.
Diagnosa 2
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli.
Tujuan : kerusakan pertukaran gas teratasi.
KH : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat, berpartisipasi dalam program pengobatan.
Rencana Tindakan
1. Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan.
2. Tinggikan kepala tempat tidur.
3. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya area penurunan aliran udara, dan bunyi tambahan.
4. Palpasi primitus.
5. Awasi tanda-tanda vital dan irama jantung.
Diagnosa 3
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispneu, kelemahan, anoreksia.
Tujuan : nutrisi terpenuhi
KH : menunjukkan peningkatan berat badan, dan mempertahankan berat badan.
Rencana Tindakan
1. Kaji kebiasaan diit, catat derajat kesulitan makan.
2. Auskultasi bunyi usus.
3. Hindari makanan yang mengandung gas dan karbonat.
4. Hindari makanan yang sangat panas dan dingin.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan nutrisi.
Diagnosa 4
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme pathogen, penurunan system imun.
Tujuan : resiko infeksi teratasi
KH : mengidentifikasi intervensi untuk menurunkan resiko infeksi, menunjukkan tekhnik, pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Rencana Tindakan
1. Awasi suhu.
2. Observasi sputum, warna dan bau.
3. Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
4. Kolaborasi dalam pemeriksaan sputum.
Diagnosa 5
Kurang pengetahuan berhubungn dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.
Tujuan : kurang pengetahuan teratasi.
KH : klien tampak mengerti tentang penyakitnya.
Rencana Tindakan
1. Jelaskan proses penyakit yang terjadi pada diri klien.
2. Berikan latihan atau batuk efektif.
3. Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan untuk berhenti merokok.
4. Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan medic.
5. Kaji dosis/kebutuhan oksigen untuk pasien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar