Rabu, 29 September 2010

KONSEP DASAR GERONTIK

KONSEP DASAR GERONTIK
PENGERTIAN
Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia yaitu gerontology, geriatric, dan keperawatan gerontik. Gerontology berasal dari kata geros dan logos yang artinya ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai factor-faktor yang menyangkut usia lanjut.
Geriatric nursing adalah spesialisasi keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan perannya pada tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk meningkatn fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif. (Wahyudi Nugroho. Keperawatan Gerontik Edisi 2)

TUJUAN GERIATRI
1. Mempertahankan derajat kesehatan para lanjut usia pada taraf setingi-tinginya sehingga terhindar dari segala penyakit dan gangguan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik dan mental.
3. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnose yang tepat dan dini bila mereka menjimpai kelainan tertentu.
4. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lanjut usia menderita suatu penyakit masih dapat mempertahankan kebebasan semaksimal mungkin tanpa perlu suatu pertolongan.

PROSES AGING
FISIOLOGI AGING PADA MANUSIA
Para ahli berspekulasi apabila penyebab kematian umur lanjut usia sperti jantung, kanker, dan stroke dapat dieliminasi, maka harapan hidup bertambah hanya 5 sampai 10 tahun. Sehingga menghambat aging dan kematian. Oleh karena harapan hidup makin lama, maka makin tua penyakit yang biasa diderita pada orang yang hidup lebih tua. Itulah sebabnya pengetahuan mengenai penyakit orang tua (Gerontologi) harus dikenal dan dipelajari.
Bagian dari proses aging yaitu nekrobiosis (kematian sel dalam makhluk yang masih hidup). Nekrosis sel intinya dapat mengalami kariopignotik, karioeksis, dan kariolisis. Ketika dimulai proses perubahan nekrobiosis herediter, maka proses tersebut sebagai primary aging, biological aging, atau senescence. Sedangkan perubahan yang terjadi akibat penyakit atau kecelakaan disebut secondary aging atau senility. Sebenarnya yang disebut aging adalah kemampuan adaptasi menurun akibat bertambahnya umur.





HIPOTESA AGING
1. Free Radikal Damage
Katabolisme di dalam mitokondria menghasilkan superoksid radical yang secara normal diubah menjadi hydrogen peroksida oleh enzim superokside dismutase. Hydrogen peroksida yang potensial berbahaya di deactivated dalam periksisome dalam sitoplasma sel oleh enzim katalase menjadi H2O dan O2.
Pada sel yang mengalami aging produksi OOD dan Oatalase tidak terjadi secara cepat sehingga terjadi akululasi superokside radikal dan hydrogen peroksida terakumulasi dan timbul aksi radikal yang berbahaya, menyerang fosfolipid unsaturated membrane organel yang menghasilkan lipofusin yang tersimpan dalam lisosom.
Lingkungan di dunia saat ini banyak mengandung radikal bebas yang menyebabkan percepatan proses aging. Dikenal 5 macam radikal bebas yaitu superokside, hidroksil, peroksinitrit, singlet oxygen, dan peroksil.
2. Mutasi DNA
Mutasi DNA dapat menimbulkan produksi enzim superokside dismutase dan katalase terganggu karena potensi repar DNA berkurang dengan bertambahnya individu.
3. Jumlah Ekstra DNA
4. Waktu Genetik
5. Pembatasan Pembelahan Sel
6. Beban Pada Sel
7. Autoimmunity
8. Penebalan Collagen
9. Glukosilasi
10. Ketidakseimbangan hormonal
11. Teori Kumulatif

KONSEP DASAR GERONTIK

KONSEP DASAR GERONTIK
PENGERTIAN
Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia yaitu gerontology, geriatric, dan keperawatan gerontik. Gerontology berasal dari kata geros dan logos yang artinya ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai factor-faktor yang menyangkut usia lanjut.
Geriatric nursing adalah spesialisasi keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan perannya pada tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk meningkatn fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif. (Wahyudi Nugroho. Keperawatan Gerontik Edisi 2)

TUJUAN GERIATRI
1. Mempertahankan derajat kesehatan para lanjut usia pada taraf setingi-tinginya sehingga terhindar dari segala penyakit dan gangguan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik dan mental.
3. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnose yang tepat dan dini bila mereka menjimpai kelainan tertentu.
4. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lanjut usia menderita suatu penyakit masih dapat mempertahankan kebebasan semaksimal mungkin tanpa perlu suatu pertolongan.

PROSES AGING
FISIOLOGI AGING PADA MANUSIA
Para ahli berspekulasi apabila penyebab kematian umur lanjut usia sperti jantung, kanker, dan stroke dapat dieliminasi, maka harapan hidup bertambah hanya 5 sampai 10 tahun. Sehingga menghambat aging dan kematian. Oleh karena harapan hidup makin lama, maka makin tua penyakit yang biasa diderita pada orang yang hidup lebih tua. Itulah sebabnya pengetahuan mengenai penyakit orang tua (Gerontologi) harus dikenal dan dipelajari.
Bagian dari proses aging yaitu nekrobiosis (kematian sel dalam makhluk yang masih hidup). Nekrosis sel intinya dapat mengalami kariopignotik, karioeksis, dan kariolisis. Ketika dimulai proses perubahan nekrobiosis herediter, maka proses tersebut sebagai primary aging, biological aging, atau senescence. Sedangkan perubahan yang terjadi akibat penyakit atau kecelakaan disebut secondary aging atau senility. Sebenarnya yang disebut aging adalah kemampuan adaptasi menurun akibat bertambahnya umur.





HIPOTESA AGING
1. Free Radikal Damage
Katabolisme di dalam mitokondria menghasilkan superoksid radical yang secara normal diubah menjadi hydrogen peroksida oleh enzim superokside dismutase. Hydrogen peroksida yang potensial berbahaya di deactivated dalam periksisome dalam sitoplasma sel oleh enzim katalase menjadi H2O dan O2.
Pada sel yang mengalami aging produksi OOD dan Oatalase tidak terjadi secara cepat sehingga terjadi akululasi superokside radikal dan hydrogen peroksida terakumulasi dan timbul aksi radikal yang berbahaya, menyerang fosfolipid unsaturated membrane organel yang menghasilkan lipofusin yang tersimpan dalam lisosom.
Lingkungan di dunia saat ini banyak mengandung radikal bebas yang menyebabkan percepatan proses aging. Dikenal 5 macam radikal bebas yaitu superokside, hidroksil, peroksinitrit, singlet oxygen, dan peroksil.
2. Mutasi DNA
Mutasi DNA dapat menimbulkan produksi enzim superokside dismutase dan katalase terganggu karena potensi repar DNA berkurang dengan bertambahnya individu.
3. Jumlah Ekstra DNA
4. Waktu Genetik
5. Pembatasan Pembelahan Sel
6. Beban Pada Sel
7. Autoimmunity
8. Penebalan Collagen
9. Glukosilasi
10. Ketidakseimbangan hormonal
11. Teori Kumulatif

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR

A. PENGERTIAN
Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya yang terbatas, maka individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain. Bayi baru lahir normal merupakan janin yang lahir melalui proses persalinan dan telah mampu hidup di luar kandungan.

B. KARAKTERISTIK BAYI BARU LAHIR NORMAL
Adapun karakteristik pada bayi baru lahir normal adalah :
1. Usia 36-42 minggu.
2. Berat badan lahir mencapai 2500 gram sampai 4000 gram.
3. Dapat bernafas dengan teratur dan normal.
4. Organ fisik lengkap dan dapat berfungsi secara baik.

C. ADAPTASI FISIK BAYI BARU LAHIR NORMAL
Segera setelah bayi baru lahir, BBL harus diadaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang dialmi oleh bayi baru lahir yang semula berada dalam lingkungan interna ke lingkungan eksterna yang dingin dimana segala kebutuhannya memerlukan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.
Periode adaptasi terhadap kehidupan diluar rahim disebut periode transisi. Periode ini berlangsung selama 1 buan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa system tubuh. Transisi yang paling cepat terjadi adalah pada system pernapasan dan sirkulasi, system termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
1. Perubahan Sistem Pernapasan
Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik dari luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara ke paru-paru secara mekanis. Interaksi system pernafasan, kardiovaskuler, dn sisitem saraf pusat menghasilkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru, mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.
2. Perubahan Sistem Peredaran Darah
Setelah lahir, darah bayi harus melewati paru untuk mengambil oksigen untuk mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar yaitu, penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Oksigen menyebabkan pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi dan meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran darah.

3. Sistem Pengaturan Suhu
Suhu dingin dilingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pebentukan suhu tanpa mengigil merupakan usaha seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
4. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak membutuhkan gkukosa dalam jumlah tertentu. Pada BBL, jumlah glukosa dalam darah akan turun dalam waktu cepat. BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen.
5. Gastrointestinal
Reflek gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir. Kemampuan menelan dan mencerna makanan terbatas pada bayi. Hubungan antara esophagus bawahdengan lambung masih belum sempurna. Kapasitas lambung juga terbatas yaitu kurang dari 30 cc dan akan bertambah secara lambat sesuai dengan pertumbuhan.
6. Kekebalan Tubuh
System imunitas pada BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi. Kekebalan yang dimiliki oleh bayi antara lain :
• Perlindungan kulit oleh membrane mukosa.
• Fungsi jaringan saluran nafas.
• Pembentukan koloni mikroba leh kulit dan usus.
• Perlindungan kimia oleh asam lambung.

D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Fokus utama pengkajian pada bayi baru lahir adalah transisi dari kehidupan intrauterus ke ekstra uterus dengan mengenalkan kepada anggota keluarga sesuai kondisi neonatus.
1. Sirkulasi
Nadi apical dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 kali/menit. Tekanan darah 60 mmHg sampai 80 mmHg untuk systole dan 40 mmHg sampai 45 mmHg untuk diatole. Bunyi jantung seperti murmur biasa terjadi selama beberapa jam pertama kehidupan. Nadi perifer mungkin lemah, nadi brakhialis dan radialis lebih mudah dipalpasi daripada nadi femoralis.
2. Eliminasi
Pada bayi baru lahir tidak ada perbedaan. Bayi yang lahir cukup bulan tanpa ada kelainan dapat segera berkemih secara spontan. Abdomen lunak tanpa distensi, bising usus akan aktif dalam beberapa jam setelah kelahiran. Pengeluaran feses mekonium dalam 24 jam sampai 48 jam setelah kelahiran.
3. Makanan/Cairan
Berat badan pada bayi baru lahir mencapai 2500 gram sampai 4000 gram dengan panjang badan 44cm sampai 55cm.
4. Neurosensori
Tonus otot fleksi hipertonik dari semua ekstremitas. Sadar dan aktif mendemonstrasikan reflex menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran. Kaput suksedaneum dan/molding mungkin ada selama 3 sampai 4 hari. Sutura cranial yang bertumpang tindih mungkin terlihat, sedikit obliterasi fontanel anterior. Mata dan kelopak mata mungkin udema, hemorargi subkonjungtiva atau hemorargi retina mungkin terlihat, konjungtivitis selama 1 sampai 2 hari ungkin terjadi setelah penetesan obat mata oftalmik terapeutik. Adanya reflex moro, plantar, genggaman palmar, dan babinski’s.
5. Pernapasan
Apgar skor optimal, harus mencapai 7 sampai 10. Rentang dari 30 samapai 60/menit dengan pola periodic yang dapat terlihat. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels. Takipnea mungkin terlihat, diagfragmaik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dam abdomen. Pernapasan dangkal dan cuping hidung kadang terlihat. Krekels pernapasan dapat menetap selama beberapa jam pertama setelah kelahiran.
6. Keamanan
Suhu terntang dari 36,5⁰C sampai 37,5⁰C. kulit berwarna merah muda dan ada pengelupasan pada tangan dan kaki. Akrosianosis mungkin ada selama beberapa hari periode transisi. Sefalohematoma dapat tampak sehari setelah kelahiran, peningkatan ukuran pada usia 2 sampai 3 hari kemudian direabsorpsi perlahan selama 1 sampai 6 bulan.
7. Pemeriksaan Penunjang
• pH tali pusat, tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status praasidosis, tingkat rendah menunjukkan gangguan asfiksia bermakna.
• Hemoglobin mencapai 15 sampai 20 g. hematokrit berkisar antara 43% sampai 61%.
• Tes Coombs langsung pada daerah tali pusat menentukan adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah yang menunjukkan kondisi hemolitik.
• Bilirubin Total sebanyak 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1 sampai 2 hari dan 12 mg/dl pada 3 sampai 5 hari.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada bayi baru lahir adalah :
1. Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan stressor prenatal atau intrapartum, produksi mucus yang berlebihan.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan jumlah lemak subkutan yang terbatas, sumber yang tidak dapa diperbaharui dari lemak cokelat, dan lapisan epidermis yang tipis.
3. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi perkembangan atau penambahan anggota keluarga baru.
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan laju metabolic, kebutuhan kalori tinggi, simpanan nutrisi minimal.
5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan anomaly congenital yang tidak terdeteksi dan pemajanan tehadap agen-agen infeksius.


F. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan stressor prenatal atau intrapartum, produksi mucus yang berlebihan.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko tinggi terhadap pertukaran gas teratasi dengan criteria hasil :
1. Mempertahankan jalan nafas yang paten
2. Frekuensi dan pernafasan dalam batas normal
3. Tidak ada sianosis
4. Bebas dari tanda distress pernapasan
Rencana Tindakan :
1. Ukur apgar skor pada menit pertama dan menit kelima.
2. Perhatikan komplikasi prenatal yang mempengaruhi status plasenta dan janin.
3. Tinjau ulang status janin intrapartum, termasuk denyut jantung janin.
4. Kaji frekuensi dan upaya pernafasan awal.
5. Perhatikan adanya pernafasan cuping hidung, pernafasan mendengkur, krekels, dan ronkhi.
6. Tempatkan bayi pada posisi trendelenburg yang dimodifikasi pada sudut 10⁰.
7. Perhatikan nadi apical.
8. Berikan rangsangan taktil dan sensori yang tepat.
9. Observasi adanya sianosis.

Diagnosa 2
Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan jumlah lemak subkutan yang terbatas, sumber yang tidak dapa diperbaharui dari lemak cokelat, dan lapisan epidermis yang tipis.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh teratasi dengan criteria hasil :
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Tidak ada tanda-tanda hipotermia.
Rencana Tindakan :
1. Tempatkan bayi baru lahir pada lingkungan yang hangat.
2. Pertahankan suhu lingkungan dalam zona termoneural.
3. Jangan mandikan bayi jika suhu tubuh belum stabil.
4. Perhatikan tanda-tanda sekunder distress dingin.

Diagnosa 3
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi perkembangan atau penambahan anggota keluarga baru.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan perubahan proses keluarga teratasi dengan criteria hasil :
1. Orang tua memulai proses kedekatan dengan cara bermakna.
2. Dapat dengan tepat mengidentifikasi bayi.
Rencana Tindakan :
1. Informasikan kepada orang tua tentang kebutuhan neonatus.
2. Anjurkan orang tua untuk mengelus atau berbicara kepada bayi.
3. Diskusikan kemampuan bayi untuk berinteraksi.
4. Gunakan system identifikasi yang dapat diterima oleh hukum.

Diagnosa 4
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan laju metabolic, kebutuhan metabolic tinggi, simpanan nutrisi yang minimal.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko perubahan nutrisi teratasi dengan criteria hasil :
1. Bebas dari tanda-tanda hipoglikemia.
2. Glukosa darah dalam batas normal.
Rencana Tindakan :
1. Perhatikan nilai apgar skor.
2. Turunkan stressor fisik.
3. Timbang berat badan bayi.
4. Observasi bayi adanya tanda hipoglikemia.
5. Auskultasi bising usus.
6. Anjurkan keluarga memberikan makanan pada bayi sesuai jadwal.

Diagnosa 5
Resiko tinggi cedera/infeksi berhubungan dengan anomaly congenital yang tidak terdeteksi dan pemajanan tehadap agen-agen infeksius.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko terjadinya cedera/infeksi teratasi dengan criteria hasil :
1. Bebas dari tanda-tanda infeksi.
2. Pemulihan tepat waktu pada punting tali pusat.
Rencana Tindakan :
1. Tinjau ulang factor ibu yang cenderung membuat bayi terkena infeksi.
2. Inspeksi kulit terhadap adanya ruam.kaji adanya tanda-tanda infeksi terutama pada tali pusat.perhatikan adanya letargi.
3. Berikan ASI sedini mungkin.
4. Pantau pemerikaan laboratorium darah.


G. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan diberikan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara profesional sebagaimana terdapat dalam standar praktek keperawatan yaitu sebagai berikut :
1. Independent
2. Dependent
3. Interdependent

H. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi respon klien terhadap asuhan yang diberikan dan pencapaian hasil yang diharapkan adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Fase evaluasi perlu untuk menentukan seberapa baik rencana asuhan keperawatan tersebut berjalan, dan bagaimana secara proses yang terus menerus. Revisi rencana keperawatan adalah komponen penting dari fase evaluasi. (Maryllin E. Doengoes. 2001)



























DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E.2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC
http://bidanlia.blogspot.com.2008/12/adaptasi-bayi-baru-lahir-html.

PEDIATRIC ASESSMENT TRIANGLE (PAT)

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN
A. Anamnesis
Dari kata Yunani artinya mengingat kembali. Anamnesis adalah : Cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien ( Auto anamnese ) atau pada orang tua atau sumber lain ( Allo anamnese ). 80% untuk menegakkan diagnosa didapatkan dari anamnese.
Tujuan Anamnesis
1. Untuk mendapatkan keterangan sebanyak-banyaknya mengenai penyakit pasien
2. Membantu menegakkan diagnosa sementara. Ada beberapa penyakit yang sudah dapat ditegaskan dengan anamnese saja
3. Menetapkan diagnosa banding
4. Membantu menentukan penatalaksanaan selanjutnya
Teknik Anamnesis
Dalam melakukan Anamnesis diusahakan agar pasien atau orang tua dapat menyampaikan keluhan dengan spontan, wajar, namun tidak berkepanjangan. Pada saat yang tepat pemeriksa perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih rinci & spesifik, sehingga dapat diperoleh gambaran keadaan pasien yang lebih jelas dan akurat. Pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa sebaiknya tidak sugestif, sedapat mungkin dihindari pertanyaan yang jawabannya hanya ‘ya’ atau ‘tidak’, berikan kesempatan untuk menentukan riwayat penyakit pasien sesuai dengan persepsinya
Langkah-langkah Dalam Pembuatan Anamnesis
Salah satu sistematika yang lazim dilakukan dalam membuat anamnesis adalah :
1. Mula-mula dipastikan identitas pasien dengan lengkap
2. Keluhan utama : yang menyebabkan penderita datang berobat kemudian ditanya keluhan tambahan
3. Riwayat perjalanan penyakit sekarang : Yakni sejak pasien menunjukkan gejala pertama sampai saat dilkuakan anamnesis
4. Riwayat penyakit terdahulu : Baik yang berkaitan langsung dengan penyakit sekarang maupun yang tidak ada kaitannya
5. Riwayat pasien ketika dalam kandungan ibu
6. Riwayat kelahiran
7. Riwayat makanan
8. Riwayat imunisasi
9. Riwayat tumbuh kembang dan riwayat keluarga
Dengan cara ini dapat diketahui gambaran penyakit pasien dan tumbuh kembangnya juga
Identitas Pasien
1. Merupakan bagian yang paling penting dalam anamnesis
2. Untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar anak yang dimaksud
3. Kesalahan identifikasi dapat berakibat fatal, baik secara medis, etika maupun hukum
Identitas pasien meliputi :
1. Nama, Harus jelas dan lengkap.
2. Umur
Umur diperlukan karena :
a. Perlu karena setiap periode usia anak (neonatus, bayi, pra sekolah, sekolah, akil balik)
b. Untuk menginterpretsikan apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut sesuai dengan umurnya.
3. Jenis Kelamin, Untuk penilaian data pemeriksaan klinis. Misalnya : Nilai-nilai baku, insidens seks, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan jenis kelamin.
4. Nama Orang tua, Harus jelas, agar tidak keliru dengan orang lain.
5. Alamat, harus jelas dan lengkap agar :
a. Sewaktu-waktu dapat dihubungi. Misal : Dalam keadaan gawat
b. Setelah pasien pulang mungkin perlu kunjungan nanti
c. Daerah tempat pasien juga mempunyai arti epidemiologis. Misal : penyakit malaria
6. Umur, Penduduk, & Pekerjaan Orang Tua, Dapat menggambarkan keakuratan data
7. Agama dan Suku Bangsa
a. Memperlihatkan perilaku seseorang tentang kesehatan penyakit
b. Kepercayaan dan tradisi dapat menunjang atau menghambat hidup sehat
c. Beberapa penyakit juga mempunyai prediksi rasial tertentu

B. Riwayat Penyakit
Keluhan utama yiatu : Keluhan yang menyebabkan pasien dibawa berobat. Keluhan utama ini tidak harus sejalan dengan diagnosa utama. Misal : Seseorang yang tidak bisa berjalan, ternyata dalam pemeriksaan selanjutnya menderita tumor ginjal
C. Riwayat Perjalanan Penyakit
1. Harus disusun secara kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan pasien sejak sebelum terdapat keluhan sampai dibawa berobat
2. Bila sudah berobat sebelumnya, ditanyakan kapan, dengan siapa, serta obat apa yang telah diberikan
3. Perkembangan penyakit kemungkinan terjadinya komplikasi, gejala sisa
4. Pada penyakit menular dikatakan apakah disekitar tempat tinggal anak ada yang menderita penyakit yang sama
5. Pada penyakit keturunsn perlu ditanyakan apakah saudara sedarah ada yang mempunyai penyakit alergi
6. Ditanyakan keadaan atau penyakit yang mungkin berkaitan dengan penyakit sekarang. Misal : Penyakit kulit yang mendahului penyakit ginjal atau infeksi tenggorokan yang mendahului penyakit jantung
7. Keluhan dan gejala tambahan ditanyakan secara teliti.
Perlu diketahui mengenai keluhan / gejala sbb :
a. Lamanya keluhan berlangsung
b. Bagaimana sifat-sifat terjadinya gejala, apakah mendadak, perlahan-lahan, atau terus menerus
c. Untuk keluhan lokal harus dirinci lokalisasi dan sifatnya. Menetap, menjalar, menyebar
d. Berat ringannya keluhan. Apakah menetap, bertambah berat atau berkurang
e. Apakah keluhan tersebut baru pertama kali / sudah pernah sebelumnya
f. Apakah terdapat saudara sedarah yang menderita keluhan yang sama

D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Pemeriksaan fisik harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum yang mencakup :
a. Kesan keadaan sakit, termasuk fasies & posisi pasien
b. Kesadaran
c. Kesan status gizi
Dengan penilaian keadaan umum ini dapat diperoleh kesan : Apakah pasien perlu tindakan cepat atau tindakan dilakukan setelah pemeriksaan fisik yang lengkap
2. Kesan Keadaan Sakit
Dinilai apakah sakit ringan, sedang atau berat.
3. Kesadaran
a. Komposmentis
Pasien sadar sepenuhnya dan memberi respon adekuat terhadap semua stimulus yang diberikan
b. Apatik
Pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya. Ia akan memberikan respon yang adekuat bila diberikan stimulus
c. Somnolen
Yakni takut kesadaran dimana pasien tampak mengantuk. Selalu ingin tidur, ia tidak respon terhadap stimulus ringan, tetapi memberikan respon terhadap stimulus yang agak keras, kemudian tertidur lagi.
d. Sopor
Pasien tidak memberikan respon ringan ataupun sedang. Tetapi masih memberi sedikit respon terhadap stimulus yang kuat. Reflek pupil terhadap cahaya masih (+)
e. Koma
Pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun, refleks pupil terhadap cahaya (-). Ini adalah takut kesadaran yang paling rendah.
f. Delirium
Keadaan kesadaran yang menurun serta kacau, biasanya disertai disorientasi. Iritatif & halusinasi
4. Status Gizi
Penilaian satatus gizi dengan cara :
a. Secara klinis : Dengan inspeksi dan palpasi, inspeksi lihat proporsi tubhnya kurus/gemuk. Palpasi dengan cara cubit tebal jaringan lemak subcutan
b. Dengan pemeriksaan fisik & antropometris ( BB, TB, Lingkaran lengan atas, tebal lipatan kulit, lingkar kepala, dada & perut )
5. Tanda-tanda Vital
Terdiri dari :
Nadi, yang dinilai adalah ;
 Frekuensi nadi
 Irama
 Kualitas nadi
 Ekualitas nadi (pada keadaan normal nadi ke-4 extremitas sama, tapi koartasi aorta atas lebih kuat dari bawah.
Tekanan darah
Waktu mengukur hendaknya dicatat apakah waktu duduk, berbaring / tidur.
Pernapasan, yang dinilai adalah :
 Frekuensi pernapasan
 Irama / keteraturan
 Kedalaman
 Type / Pola pernafasan
Suhu tubuh
6. Status Generalis
Mukosa kulit / subkutis yang menyeluruh
a. Warna kulit
b. Eritema kulit
c. Sianosis
d. Kelembapan kulit
e. Ikterus
f. Turgor kkulit
g. Kepucatan
h. Perdarahan kulit : petikei, ekimosis
i. Ekzema
7. Kepala
a. Bentuk : Normal, hidrocephalus, mikrosephalus
b. Rambut ( warna, mudah dicabut / tidak )
c. UUB ( cekung, menonjol, menutup/belum )
8. Muka
a. Simetris
b. Mongoloid
c. Paralisis
9. Mata
a. Palpebrae ( edema )
b. Konjunctiva ( anemis )
c. Sclera ( ikterus )
d. Pupil : Reflex cahaya ( miosis, midriasis )
e. Cornea
10. Telinga
a. Bentuk
b. Liang telinga ( Membrane thympani )
c. Mastoid
11. Mulut
a. Bibir : Kering, sianosis, simetris
b. Gigi : Selaput lendir ( stomatitis )
c. Lidah : papil atrofi
d. Faring, tonsil, dan tenggorokan
12. Leher
a. Bentuk
b. Bendungan vena
c. Trachea ( simetris / tidak )
d. Tortikolis
e. Kelenjar gondok
f. KGB
g. Kaku kuduk
13. Thorax
a. Inspeksi, Dalam keadaan diam ;
 Bentuk : Normal, simetris, barrel chest ( cembung ), pigeon chest / dada burung )
 Retraksi : Suprasternal, intercostales, substernal
 Kulit : Emfisema subcutis
 Sela iga melebar / tidak
Dalam keadaan bergerak :
 Normal
 Cheyne – Stokes
Cepat dan dalam, diikuti oleh periode pernafasan yang lambat dan dangkal. Diakhiri apnoe beberapa saat. Normal terdapat bayi premature.
 Kussmaul : Cepat & dalam.
 Pada asidosis metabolic
 Biot, Sama sekali tidak teratur ( kadang lambat, kadang cepat, dalam, dangkal, kadang apnoe ). Pada penyakit SSP ( encephalitis )
14. Paru – paru
Palpasi
a. Telapak tangan diletakkan datar pada dada & meraba dengan telapak tangan dan ujung jari. Dinilai : fremitus suara ( waktu anak menangis / disuruh mengatakan “ tujuh-tujuh”
b. Normal akan teraba gerakan yang sama pada kedua telapak tangan
c. Meninggi bila ada konsolidasi ( pneumonia )
d. Berkurang bila ada obstruksi jalan napas ( atelektasis, pleuritis, tumor, efusi pleura )
e. Krepitasi subcutis : Menunjukkan adanya udara dibawah jaringan kulit.
Perkusi
a. Normal : Sonor
b. Redup : Tidak ada udara misal pada tunor yang luas pada paru
c. Hypersonor : Udara lebih banyak dapat padat misal pada emfisema, pnemothorax
d. Thympani : Pada hernia diphragmatika
Dapat Pula Menentukan
a. Bagian depan : - Batas paru jantung
b. Batas paru dg hati ( setinggi iga VI )
c. Bagian belakang : Batas diaphragma ( Setinggi iga VII – X )
Auskultasi
Pada paru – paru didengarkan suara : napas dasar dan napas tambahan
Suara Napas Dasar
a. Suara nafas vesikuler : Adalah suara nafas normal, dimana suara inspirasi lebih keras dan panjang dari ekspirasi
b. Suara nafas bronkhial : Inspirasi keras yang disusul oleh ekspirasi yang lenih keras. Hanya ada didaerah parasternal atas dada sepad dan interscapular belakang
Suara napas tambahan
a. Ronki Basah, Suara nafas tambahan berupa vibrasi terputus-putus akibat getaran yang terjadi karena cairan dalam jalan nafas dilalui oleh udara. Dapat berupa :
 Ronki basah halus : Dari duktus alveolus, bronkiolus dan bronchus halus
 Ronki basah sedang : Dari bronchus kecil dan sedang
 Ronki basah kasar : Dari bronchus diluar jaringan paru
b. Ronki Kering, Suara kontinu yang terjadi oleh karena udara melalui jalan nafas yang menyempit baik akibat faktor intraluminar ( Spasme bronchus, edema, lendir, benda asing ) maupun extraluminar ( desakan olleh tumor ) lebih jelas pada fase ekspirasi
c. Wheezing ( Mengi ), Jenis ronki kering yang terdengar lebih sonor. Wheezing pada fase inspirasi : Obstruksi saluran nafas bagian atas : Edema laryng atau benda asing. Wheezing pada fase ekspirasi : Obstruksi saluran nafas bagian bawah : asma bronkhiolitis
d. Krepitasi, Suara membukanya alveoli ( pnemonia Lobaris )
e. Pleural Friction Rub ( bunyi gesekan pleural : Pada pleuritis )
f. Sukusio Hippocrates, Kalau dada digerak-gerakkan terdengar suara kocokan : Pada seropneumothorax
15. Jantung
Inspeksi
a. Pericordial bulging ( ada pembesaran ventrikel kanan )
b. Iktuscordis ( Sela iga V garis midclavicula kiri )
Palpasi
a. Iktus cordis dapat diraba dengan palpasi, kuat angkat, luas serta frekuensi dan kualitas
b. Getaran ( Thrill ) : Terdapat kelainan katup
Perkusi
a. Menentukan besar dan batas jantung secara kasar
b. Normal :
 Batas atas : Intercostalis II parasternal kiri
 Batas Kanan : Intercostalis IV garis parasternal kanan
 Batas Kiri : Intercostalis IV garis midclavicula kiri
Auskultasi
Lokasi, Iktus cordis : pada sela iga V garis midclavicula kiri ( katup mitral )
P : Sela iga II kiri sternum
A : Sela iga II kanan sternum
T : Sela iga IV parasternal kiri bawah
M : Dari apeks
Menentukan bungi jantung : BJ I. BJ II
a. BJ I : Terjadi bersamaan dengan tertutupnya katup mitral dan trikuspid
b. BJ II : Terjadi bersamaan dengan tertutupnya katup aorta dan pulmonal
c. Intensitas pada kualitas BJ
d. BJ III dan BJ IV
Bila ada : Akan terdengar derap kuda ( Gaike Rytoe ) yang menunjukkan adanya kegagalan jantung
16. Abdomen
Inspeksi
a. Datar, cembung, tegang atau cekung
b. Simetris
c. Umbilikus ( hernia )
d. Gambaran vena
Palpasi
a. Dilakukan dengan seluruh jari tangan
b. Lokasi nyeri tidak selalu berhubungan dengan kelainan organ di daerah tersebut
c. Ketegangan otot perut ( Defence muskular ) terjadi pada peradangan alat dalam abdomen
17. Hati
a. Digunakan ujung jari
b. Digunakan patokan 2 garis, yaitu :
 Garis yang menghubungkan pusar dengan titik potong garis mid calvicula kanan dengan arcus aorta
 Garis yang menghubungkan pusar dengan processus kifoideus
Pembesaran hati diproyeksikan pada kedua garis ini dinyatakan dengan beberapa bagian dari kedua garis tersebut. ( 1/3 – ½ ). Harus pula dicatat : Konsistensi, tepi, permukaan dan terdapatnya nyeri tekan
18. Limpa
Pada neonatus : Normal masih teraba sampai 1 – 2 cm. Dibedakan dengan hati yaitu dengan :
a. Limpa seperti lidah menggantung ke bawah
b. Ikut bergeerak pada pernapasan
c. Mempunyai insura lienalis, serta dapat didorong kearah medial, lateral dan atas. Besarnya limpa diukur menurut SCHUFFNER, yaitu :
 Jarak maximal dari pusar ke garis singgung pada arcus costae kiri dibagi 4 bagian yang sama. Garis ini diteruskan kebawah sehingga memotong lipat paha. Garis dari pusat kelipat paha pun dibagi 4 bagian yang sama
 Limpa yang membesar samapai pusar dinyatakan sebagai S.IV sampai lipat paha S.VIII
19. Ginjal
Dalam keadaan normal ginjal tidak teraba, kecuali pasien neonatus. Dapat diraba dengan cara Ballotement. Yaitu dengan cara meletakkan tangan kiri pemeriksa dibagian posterior tubuh pasien sedemikian rupa, sehingga jari telunjuk berada di angulus costovertebralis. Kemudian jari telunjuk ini menekanorgan keatas. Sementara itu tangan kanan melakukan palpasi secara dalam dari anterior dan akan merasakan organ tersebut menyentuh
20. Genitalia Externa
Pada Pria
a. Ukuran, bentuk penis dan testis
b. Apaka ada : Hipospadia, epispodia, pseudohermaphrodit
Pada Wanita, Bayi kurang bulan labium minora & klitoris lebih menonjol
21. Anus
Pemeriksan Colok dubur terutama pada bayi baru lahir
21. Ekstremitas
a. Simetris
b. Kelainan kongenital
c. Edema.

askep emphiema

A. PENGERTIAN
Empiema adalah terkumpulnya pus di rongga tubuh. Oleh karena itu empiema toraks adalah terkumpulnya pus di dalam rongga toraks. (Kukuh Basuki Rahmat. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. 2002 : 210)
Empiema adalah penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada cavitas pleura. (Diane C. Baughman. 2000)

B. PATOFISIOLOGI
1. ETIOLOGI
Hampir selalu dari penyebab empiema adalah infeksi paru, terkecuali empiema pasca trauma atau selulitis di dekat pleura. Kuman penyebab dari empiema adalah Stapilococcus, Pneumococcus, Streptococcus.
2. PROSES PENYAKIT
Oleh karena infeksi paru terjadi penyempitan atau tertutupnya bronkioli dan alveoli. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan pada pengembangan paru dan respirasi.
Pada empiema akut sekat mediastinum masih dapat bergerak kekiri maupun kekanan. Bila ada tekanan positif dari salah satu rongga dada akan menyebabkan sekat mediastinum ini mudah bergeser ke sisi yang sehat. Bila karena empiema atau karena udara baik karena fistel atau karena iatrogenic akan menyebabkan gangguan yg lebih besar lagi.
Radang di pleura akan di rasakan oleh penderita sebagai rasa sakit. Bila keadaan berlanjut terjadi fibrosis di jaringan paru bawah pleura dan akan menyebabkan gangguan faal respirasi.
3. KOMPLIKASI
Perubahan fibrotic yang tidak dapat sembuh yang mengganggu ventilasi paru yang disebabkan oleh terjebaknya paru pada sisi yang terkena.
4. MANIFESTASI KLINIS
Demam, berkeringat malam, nyeri pleural, dispneu, anoreksia, dan penurunan berat badan. Tidak terdapatnya bunyi nafas, pendataran pada perkusi dada, penurunan premitus.

C. PENATALAKSANAAN
Ada 3 dasar dalam penatalaksanaan pengobatan penyakit paru terutama pada empiema, yaitu :
1. Pengeluaran pus seluruhnya.
2. Paru dapat mengembang sampai pada pleura parietalis menempel dengan pleura viseralis.
3. Memberantas infeksi dengan antibiotic.
Sasaran penatalaksanaan adalah mengalirkan cavitas pleura hingga mencapai ekspansi paru yang optimal. Dapat dicapai dengan drainase yang adekuat, antibiotic dalam dosis besar, atau sterptokinase

D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data dasar dari pengkajian klien dengan empiema adalah :
1. Aktivitas/istirahat, keleihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan melakukan ADL karena sulit bernafas, serta ketidakmampuan untuk tidur.
2. Sirkulasi, adanya pembengkakan pada ekstremitas bagian bawah.
3. Integritas ego, peningkatan factor resiko, dan perubahan pola hidup.
4. Higiene, penurunan kemampuan melakukan ADL.
5. Pernafasan, nafas pendek, batuk menetap dengan produksi sputum, adanya riwayat pneumoni berulang, episode batuk yang hilang timbul.
6. Keamanan, riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat atau factor lingkungan.
7. Seksualitas, penurunan libido.
8. Interaksi social, hubungan ketergantungan, kurang system pendukung, penyakit lama.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme bronkus, peningkatan produksi secret, dan kelemahan.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhn berhubungan dengan anoreksia.
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme pathogen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.

F. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnose 1
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme bronkus, peningkatan produksi secret, dan kelemahan.
Tujuan : jalan nafas paten/efektif.
KH : mempertahankan jalan nafas yang paten dengan bunyi nafas yang bersih, menunjukkan prilaku batuk efektif dan pengeluaran secret.
Rencana Tindakan
1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas dan pantau frekuensi pernafasan.
2. Catat adanya atau derajat dispneu, gelisah, ansietas, dab distress pernafasan.
3. Kaji posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
4. Bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
5. Observasi karakteristik batuk.
6. Tingkatkan masukan cairan hingga 3000 ml perhari sesuai dengan toleransi jantung.
7. Berikan obat-obatan sesuai dengan indikasi.
Diagnosa 2
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli.
Tujuan : kerusakan pertukaran gas teratasi.
KH : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat, berpartisipasi dalam program pengobatan.
Rencana Tindakan
1. Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan.
2. Tinggikan kepala tempat tidur.
3. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya area penurunan aliran udara, dan bunyi tambahan.
4. Palpasi primitus.
5. Awasi tanda-tanda vital dan irama jantung.
Diagnosa 3
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispneu, kelemahan, anoreksia.
Tujuan : nutrisi terpenuhi
KH : menunjukkan peningkatan berat badan, dan mempertahankan berat badan.
Rencana Tindakan
1. Kaji kebiasaan diit, catat derajat kesulitan makan.
2. Auskultasi bunyi usus.
3. Hindari makanan yang mengandung gas dan karbonat.
4. Hindari makanan yang sangat panas dan dingin.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan nutrisi.
Diagnosa 4
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme pathogen, penurunan system imun.
Tujuan : resiko infeksi teratasi
KH : mengidentifikasi intervensi untuk menurunkan resiko infeksi, menunjukkan tekhnik, pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Rencana Tindakan
1. Awasi suhu.
2. Observasi sputum, warna dan bau.
3. Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
4. Kolaborasi dalam pemeriksaan sputum.
Diagnosa 5
Kurang pengetahuan berhubungn dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.
Tujuan : kurang pengetahuan teratasi.
KH : klien tampak mengerti tentang penyakitnya.
Rencana Tindakan
1. Jelaskan proses penyakit yang terjadi pada diri klien.
2. Berikan latihan atau batuk efektif.
3. Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan untuk berhenti merokok.
4. Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan medic.
5. Kaji dosis/kebutuhan oksigen untuk pasien.

askep artritis reumatoid

A. PENGERTIAN
Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia yaitu gerontology, geriatric, dan keperawatan gerontik. Gerontology berasal dari kata geros dan logos yang artinya ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai factor-faktor yang menyangkut usia lanjut.
Geriatric nursing adalah spesialisasi keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan perannya pada tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk meningkatn fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif. (Wahyudi Nugroho. Keperawatan Gerontik Edisi 2)

B. TUJUAN GERIATRI
1. Mempertahankan derajat kesehatan para lanjut usia pada taraf setingi-tinginya sehingga terhindar dari segala penyakit dan gangguan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik dan mental.
3. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnose yang tepat dan dini bila mereka menjimpai kelainan tertentu.
4. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lanjut usia menderita suatu penyakit masih dapat mempertahankan kebebasan semaksimal mungkin tanpa perlu suatu pertolongan.
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Arthritis rheumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang beragai system organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan ikat difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui penyebabnya. (Sylvia A. Price. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.2005 : 1385)
Rheumatoid arthritis adalah salah satu jenis polioartritis inflamasi yang ditandai oleh perjalanan klinik yang bervariasi tetapi biasanya disertai eksaserbasi dan remisi dari rasa nyeri serta pembengkakan sendi yang sering menimbulkan deformitas yang progresif. (Paruhum U.T. Siregar. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. 2002 : 440)

B. PATOFISIOLOGI
1. ETIOLOGI
Penyebab arthritis rheumatoid masih belum diketahui walaupun banyak hal mengenai patogenesisnya telah terungkap. Penyakit ini tidak dapat ditunjukkan memiliki hubungan pasti dengan genetic. Terdapat kaitan dengan penanda genetic seperti HLA-Dw4 dan HLA-DR5 pada orang Kaukasia.
2. PROSES PENYAKIT
Destruksi jaringan sendi terjadi melalui dua cara. Pertama adalah destruksi pencernaan oleh produksi protease, kolagenase, dan enzim-enzim hidrolitik lainnya. Enzim-enzim ini memecah kartilago, ligament, tendon, dan tulang pada sendi serta dilepaskan bersama dengan radikal oksigen dan metabolic asam arakidonat oleh leukosit polimorfonuklear dalam cairan synovial. Proses ini disuga adalah bagian dari respon auto imun terhadap antigen yang diproduksi secara local.
Destruksi jaringan juga terjadi melalui kerja panus rheumatoid. Panus merupakan jaringan granulasi vascular yang terbentuk dari sinovium yang meradang kemudian meluas ke sendi. Disepanjang pinggir panus terjadi dstruksi kolagen dan proteoglikan melalui produksi enzim oleh sel di dalam panus tersebut.(Sylvia A. Price. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. 2005 : 1386)
3. KOMPLIKASI
Arthritis rheumatoid dapat menyababkan anemia normositik normokrom melalui pengaruhnya pada sumsum tulang. Anemia ini tidak berespon terhadap pengobatan anemia yang biasa dan dapat membuat seseorang cepat lelah. Seringkali juga terdapat anemia defesiensi besi sebagai akibat pemberian obat-obatan untuk peyakit ini.
4. MANIFESTASI KLINIS
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada seorang arthritis rheumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yan bersamaan oleh karena penyakit ini mempunyai gambaran klinis yang sangat bervariasi.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun, dan demam. Terkadang kelelahan dapat terjadi dengan hebatnya.
b. Poliartritis simetris, terutama pada sendi perifer termasuk sendi-sendi ditangan.
c. Kekakuan di pagi hari, dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi.
d. Arthritis erosive, peradangan sendi yang kronis mengakibatkan erosi di tepi tulang.
e. Nodul-nodul rheumatoid, lokasi yang paling sering adalahbursa olekranon atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan.
f. Manifestasi ekstra artikular

C. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan arthritis rheumatoid didasarkan pada pengetian patofisiologi penyakit ini. Tujuan utama dari program pengobatan adalah :
1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.
2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal pada pasien.
3. Untuk mencegah dan memperbaiki deformitas.
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan kesehatan yang cukup kepada pasien dan keluarganya. Istitahat menjadi begitu penting karena arthritis rheumatoid biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Latihan-latihan yang spesifik mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit serta kompres panas pada sndi yang sakit dan bengkak ddapat mengurangi nyeri.
Tidak dibutuhkan diit khusus pada penderita arthritis rheumatoid. Prinsip umumnya adalah peberian diit yang seimbang. Terapi pengobatan adalah bagian penting dari seluruh program penatalaksanaan penyakit ini. Pemberian obat yang utama pada arthritis rheumatoid adalah dengan obat-obatan AINS. Pemberian obat lain baru menjadi indikasi apabila AINS tidak dapat mengendalikan nyeri. Pada kelompok ini tercakup senyawa emas, antimalaria, penisilamin, azatioprin, dan metotreksat.

D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Kaji citra diri pasien yang berhubungan dengan perubahan musculoskeletal dan tetapkan apakah pasien mengalami keletihan yang tidak lazim, kelemahan umum, nyeri kaku pada pagi hari, demam atau anoreksia, kaji system kardiovaskular, pulmonal, serta renal.
Kaji persendian dengan pengamatan, palpasi, penyelidikan adanya nyeri tekan, bengkak, dan kemerahan pada sendi yang terkena. Kaji mobilitas sendi, batasan gerak, dan kekuatan otot.
Fokuskan pada pengidentifikasian masalah dan factor-faktor pasien. Kaji kepatuhan terhadap pengobatan dan penatalksanaan diri. Kumpulan informasi mengenai pemahaman pasien, motivasi, pengetahuan, kemampuan koping, pengalaman masa lalu, persepsi, dan ketakutan yang tidak diketahui.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi, kerusakan jaringan, dan immobilitas sendi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerakan sendi.
3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan ketergantungan fisik dan psikologis dari penyakit kronis dan kehilangan kebebasan.

F. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnose 1
Nyeri berhubungan dengan inflamasi, kerusakan jaringan, dan immobilitas sendi
Tujuan : nyeri hilang atau berkurang
KH : klien melaporkan nyeri hilang atau berkurang, skala nyeri 0-1, tampak ekspresi wajah relaks.
Rencana Tindakan
1. Kaji skala nyeri.
2. Anjurkan untuk melakukan teknik distraksi dan relaksasi.
3. Anjurkan mengompres panas pada daerah sendi yang nyeri.
4. Tetapkan regimen latihan untuk mempertahankan mobilitas sendi.
5. Berikan tindakan yang dapat memberikan rasa nyaman.

Diagnosa 2
Kerusakan mobilitas sendi berhubungan dengan keterbatasan gerakan sendi
Tujuan : kerusakan mobilitas sendi teratasi
KH : klien dapat beraktivitas secara mandiri
Rencana Tindakan
1. Hilangkan nyeri yang menetap dan kekakuan pada pagi hari.
2. Bantu dan ajarkan latihan rentang gerak aktif.
3. Kembangkan rencana latihan di pagi hari.
4. Dorong aktivitas perawatan diri.
5. Perhatikan periode istirahat terencana.
6. Pertahankan lingkungan yang aman.
Diagnosa 3
Gangguan konsep diri berhubungan dengan ketergantungan fisik dan psikologis dari penyakit kronis dan kehilangan kebebasan.
Tujuan : gangguan kosep diri teratasi
KH : klien dapat mengekspresikan perasaannya, dan mau menerima keadaannya.
Rencana Tindakan
1. Coba untuk memahami reaksi emosional pasien terhadap penyakit.
2. Beri semangat untuk melakukan komunikasi sehingga pasien dan keluarga dapat mengungkapkan perasaan, persepsi, dan ketakutannya yang berhubungan dengan penyakit.
3. Beri dorongan pada keluarga dan pasien agar patuh terhadap program penatalaksanaan.
4. Tingkatkan perawatan diri dan libatkan dalam perencanaan keperawatan.
5. Anjurkan untuk mengungkapkan rasa takut.
6. Dorong kemandirian pasien dan berikan reinforcement positif.
7. Diskusikan tentang pembatasan, dan perubahan gaya hidup, berikan empati, dan pemahaman.

askep endokarditis

A. PENGERTIAN
Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau katub jantung. Infeksi endokarditis biasanya terjadi pada jantung yang telah mengalami kerusakan. Penyakit ini di dahului oleh penyakit jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang di dapat.

B. PATOFISIOLOGI
1. ETIOLOGI
Endokarditis paling banyak disebabkan oleh Streptococcus viridians yaitu mikroorganisme yang hidup dalam saluran nafas bagian atas. Penyebab lain dari infeksi endokarditis yang lebih pathogen yaitu Staphilococcus aureus yang menyebabkan infeksi endokarditis sub akut. Penyebab lainnya adalah Sreptococcus fekalis, Staphilococcus, bakteri gram negative aerob/anaerob, jamur, virus, ragi, dan kandida..
2. PROSES PENYAKIT
Kuman paling sering masuk melalui saluran pernafaan bagian atas. Selain itu juga melalui alat genital dan saluran pencernaan, serta pembuluh darah dan kulit. Endokard yang rusak dengan permukaannya tidak rata mudah sekali terinfeksi dan menimbulkan vegetasi yang terdiri dari thrombosis dan fibrin.
Vaskularisasi jaringan tersebut biasanya tidak baik, sehingga memudahkan mikroorganisme berkembang biak dan akibatnya akan menambah kerusakan katub dan endokard. Kuman yang sangat pathogen dapat menyebabkan robeknya katub sehingga terjadi kebocoran. Infeksi dengan mudah meluas ke jaringan di sekitarnya, menimbulkan abses miokard atau aneurisma nekrotik.
Bila infeksi mengenai korda tendinae maka dapat terjadi rupture yang mengakibatkan terjadinya kebocoran katub. Pembentukan trobus yang mengandung kuman kemudian lepas dari endokard merupakan gambaran yang khas pada endokarditis infeksi. Besarnya emboli bermacam-macam. Emboli yang disebabkan oleh jamur biasanya lebih besar, umumnya menyumbat pembuluh darah yang besar pula.
3. KOMPLIKASI
Tromboemboli yang terinfeksi dapat terangkut sampai di otak, limpa, ginjal, saluran cerna, jantung, anggota gerak, kulit, dan paru. Bila emboli nyangkut di ginjal akan menyebabkan infark pada ginjal, glomerulonefritis.
4. MANIFESTASI KLINIS
Sering penderita tidak mengetahui dengan jelas. Sejak kapan penyakitnya timbul, misalnya sesudah cabut gigi, mulai kapan demam, letih dan lesu, keringat malam banyak, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, sakit pada persendian, sakit dada, sakit perut, hematuria, buta mendadak, sakit pada ekstremitas dan kulit.

C. PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang sesuai dengan uji resistensi di pakai oabt yang diperkirakan sensitive terhadap mikroorganisme yang diduga. Bila penyebabnya streptococcus viridians yang sensitive terhada Penicillin G, diberikan dosis 2,4-6 juta unit perhari selama 4 minggu, parenteral selama 2 minggu.
Infeksi yang terjadi pada katub prostetik tidak dapat diatasi oleh obat biasa, biasanya memerlukan tindakan bedah. Selain pengobatan dengan antibiotic penting sekali mengobati penyakit lain yang menyertai.

D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian data dasar pasien
1. Aktivitas dan istirahat, keletihan, kelelahan, takikardia, tekanan darah menurun, dispnoe saat beraktivitas.
2. Sirkulasi, mempunyai riwayat demam rematik, keturunan penyakit jantung, pernah melakukan operasi jantung by-pass, jantung berdebar-debar, friction rub, murmur, iram gallop S3/S4.
3. Eliminasi, riwayat penyakit ginjal, frekuensi haluaran urin yang menurun.
4. Kenyamanan, nyeri dada di bagian anterior keras dan tajam sewaktu inspirasi, sakit akan berkurang pada saat duduk, nyeri dada berpindah ke belakang, tidak berkurang dengan pemberian gliserin.
5. Pernafasan, nafas pendek, memburuk pada malam hari, inspirasi wheezing, creckles dan ronkhi lemah, batuk.
6. Keamanan, riwayat infeksi, pernah mendapat immunosupressan, adanya demam.
7. Kebutuhan belajar, bantuan dalam pengolahan makanan, rekreasi, transportasi, kelangsungan kebutuhan rumah tangga.
8. Pemeriksaan diagnostic, EKG menunjukkan adan ischemia, blok konduksi, dan disritmia, Echokardigrafi, enzim jantung, rongent, kultur darah, titer ASO dan ANA.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan efek sistemik dari infeksi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kardiak output
3. Potensial penurunan kardiak output berhubungan dengan penumpukan cairan pada rongga pericardium.
4. Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tromboemboli.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya

F. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnose 1
Nyeri akut berhubungan dengan efek sistemik dari infeksi.
Tujuan : nyeri teratasi.
KH : klien dapat mengidentifikasi cara-cara untuk mencegah nyeri, klien dapat mengontrol dan melaporkan nyeri yang timbul, klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi dan berbagai aktivitas yang diindikasikan.
Rencana Tindakan
1. Observasi adanya nyeri dada, catat waktu dan factor-faktor penyulit.
2. Observasi tanda-tanda vital.
3. Berikan posisi yang nyaman.
4. Ciptakan lingkungan yang tenang.
5. Berikan oksigen sesuai indikasi.
6. Beri obat-obatan sesuai indikasi
Diagnosa 2
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kardiak output.
Tujuan : intoleransi aktivitas teratasi.
KH : peningkatan kemampuan aktivitas, pengurangan tanda-tanda fisiologis, mengungkapkan pentingnya aktivitas yang tebatas..
Rencana Tindakan
1. Kaji respon aktivitas pasien.
2. Monitor denyut dan irama nada jantung.
3. Pertahankan bedrest selama periode demam.
4. Rencanakan perawatan dengan pengaturan istirahat atau periode tidur.
5. Kaji tingkat kemampuan klien dengan latihan berkala.
6. Evaluasi respon emosional terhadap situasi dan pemberian support.
7. Berikan terapi oksigen sesuai indikasi.
Diagnosa 3
Potensial penurunan kardiak output berhubungan dengan penumpukan cairan pada rongga pericardium.
Tujuan : penurunan kardiak output teratasi
KH : berkurangnya keluhan sesak nafas, identifikasi aktivitas yang mengurangi kerja jantung.
Rencana Tindakan
1. Monitor jumlah dan irama jantung.
2. Auskultasi suara jantung.
3. Pertahankan posisi fowler dan bedrest.
4. Berikan tindakan yang memberikan rasa nyaman.
5. Mberikan tekhnik manajemen stress.
6. Observasi tanda-tanda vital.
7. Evaluasi adanya keluhan letih, dan sesak nafas.
Diagnosa 4
Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tromboemboli atau kerusakan katub.
Tujuan : potensial gangguan perfusi jaringan teratasi
KH : mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat sesuai dengan kebiasaan makan, tanda-tanda vital dalam batas normal, keseimbangan intake dan output.
Rencana Tindakan
1. Evaluasi status mental.
2. Kaji adanya nyeri dad yang tiba-tiba.
3. Observasi adanya udema pada ekstremitas.
4. Observasi adanya hematuri dan keluhan sakit pinggang.
Diagnosa 5
Kurang pengetahuan berhubungn dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.
Tujuan : kurang pengetahuan teratasi.
KH : klien tampak mengerti tentang penyakitnya.
Rencana Tindakan
1. Jelaskan proses penyakit yang terjadi pada diri klien.
2. Identifikasi adanya factor resiko.
3. Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan untuk berhenti merokok.
4. Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan medic.
5. Kaji dosis/kebutuhan oksigen untuk pasien.

G. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan diberikan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara profesional sebagaimana terdapat dalam standar praktek keperawatan yaitu sebagai berikut :
1. Independent
2. Dependent
3. Interdependent

H. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi respon klien terhadap asuhan yang diberikan dan pencapaian hasil yang diharapkan adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Fase evaluasi perlu untuk menentukan seberapa baik rencana asuhan keperawatan tersebut berjalan, dan bagaimana secara proses yang terus menerus. Revisi rencana keperawatan adalah komponen penting dari fase evaluasi. (Maryllin E. Doengoes. 2001)